Prolog:
Di tengah-tengah kesibukan Musyawarah Nasional Asosiasi Manajemen Indonesia VII (MUNAS AMA VII) di Malang dan Batu, tanggal 4 sampai 6 juni 2010, saat sedang jedah di suatu Villa di kota apel Batu, beberapa Pengurus Cabang dari Surabaya, Malang, dan Jakarta sempat diskusi dan saling berbagi pengalaman. Aku masih ingat, ketika itu dari tuan rumah Malang, ada Ibu Irene, Ibu Cenny Tan, Ibu Dewi, dari Surabaya ada saya sendiri, Bpk Chris Susanto, Bpk Tiantoro, Bpk Samsu Hadi, dari Jakarta ada Bpk Hendry dan P. Jimmy. Dari Pengurus Pusat yang ketika itu sudah demisioner ada Bpk Ketika mendengar masukan saya, mereka sangat tertarik. Malah P. Hendri sebagai penerbit mengatakan bahwa cerita saya itu dapat dibukukan, karena P. Hendry mencium bau bisnis. Apalagi judulnya sangat menjual, yaitu “Serial Manajemen Birahi” (Serial Pengelolaan Birahi secara sehat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akal dan moral).
Meskipun judulnya “serem” namun justru unsur pengelolaannya atau manajemen-nya yang ditonjolkan, mengingat banyaknya penyalahgunaan Birahi tidak pada tempatnya dan tidak berdasar pada akal dan moral.
Ketika itu Pak Hendry dari
Terima kasih.
ooOoo
Serial Manajemen Birahi 3:
(Serial Pengelolaan Birahi secara sehat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akal dan moral)
Luna yang tidak Maya
Oleh: Ratmaya Urip
Kota Buntok, sepenggal wilayah di jantung Provinsi Kalimantan Tengah, menurut sebagian besar penghuninya adalah akronim dari “BUNtu dan menTOK”, karena secara geografis memang demikian adanya, jauh dari sana sini, namun ternyata menyimpan potensi. Aku lebih suka menjadikan
Perjalananku ke Buntok, Kalimantan Tengah, yang juga ibu kota Kabupaten Barito Selatan kali ini adalah untuk yang kedua kalinya, menyusul sekaligus melengkapi perjalananku beberapa pekan sebelumnya, Rasanya pemeo kuno yang selama ini berkibar di seluruh bumi Borneo kembali menemukan buktinya. Pemeo kuno yang selalu hadir dalam perjalanan hidupku. Ya pemeo yang berujar: “Sekali minum airnya pasti
Yang membedakanku kali ini dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya adalah kali ini aku menemukan pengalaman yang sangat berharga…yang benar-benar exciting, interesting, and fascinating. Sebagai manusia yang dilahirkan dan dibesarkan di luar Pulau Borneo, tentu saja aku wajib bersyukur dan berbahagia, karena untuk pertama kalinya aku dapat melihat atau lebih tepatnya menemukan tanaman khusus yang selama ini telah menjadi simbol atau bahkan mitos tentang keperkasaan lelaki, yang konon sering disebut sebagai biang untuk pencapaian kejantanan prima seorang pria sekaligus kebahagiaan wanita (He.he.he…mohon dicatat, itu “konon” ya?! Kebenarannya silakan dicoba! Karena ada yang mengatakan bahwa tanaman itu, karena sangat natural, jika diminum akan lebih baik hasilnya, atau lebih berefek depan daripada berefek samping, dibandingkan jika “hanya” minum Viagra, Cialis, Tripoten, Bluemoon, Pasangma, maupun EverJoy). Tanaman itu benar-benar dengan kelima inderaku aku temukan di sela-sela lebatnya dan pengapnya belantara di jantung
Ya, tanaman yang masih dalam bentuk aslinya, atau masih tertanam di atas tanah di tengah hutan itu adalah “Pasak Bumi”. Belum lagi penemuanku secara alami atas apa yang disebut “Sarang Semut”, dalam tiga bentuk, yaitu yang menggantung di pepohonan seperti benalu, yang tertanam di atas tanah, dan yang berujud seperti tanah. Yang di sebut terakhir ini bahkan di samping mempunyai khasiat lebih manjur dari Pasak Bumi, juga konon mempunyai keunggulan lain, yaitu dapat mengobati penyakit kanker, tekanan darah tinggi, dan lain-lain. Tentang kebenarannya, tentu saja aku belum tahu, karena aku belum pernah mencobanya, baru menemukannya dalam hutan secara alami. Namun jika para pembaca berburu kedua materi tersebut, baik “Pasak Bumi” maupun “Sarang Semut” di GOOGLE, pasti akan lebih banyak tahu.
(Bersambung)
Catatan: Maaf Luna-nya, belum Maya, apalagi Kasat Mata. Tapi faktanya, sesuatu yang seharusnya Maya yaitu kehidupan intim pribadi ternyata harus Kasat Mata seperti halnya Luna (baca Lunar : Bulan) yang ketika tulisan ini diunggah masih beujud sabit di ufuk barat.
Tunggu di serial berikutnya.
Buntok-Kalteng, Jum’at, 18 Juni 2010 jam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar