HUMAN CAPITAL MANAGEMENT (HCM)
Versus
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT (HRM)
Oleh : Ratmaya Urip
========== ====
BAGIAN 1 : PENDAHULUAN
Sudah
cukup lama, Human Capital Management (HCM), disambut sebagai hal yang
dianggap baru dalam pengelolaan people, workforces, employees untuk
menggantikan Human Resource Management (HRM), meskipun baru terbatas di
lingkungan perusahaan-perusahaan tertentu.
Penulis
sering berpikir, apakah fenomena Human Capital Management yang mulai
menggeser Human Resource Management ini hanya latah semata? Karena dalam
prakteknya masih banyak perusahaan yang konon mengaku menerapkan Human
Capital Management, namun dalam aplikasinya masih sami mawon atau sama
saja dengan sistem yang lama. Dengan kata lain, masih banyak perusahaan
yang ikut-ikutan saja.
Ketika
dalam satu kesempatan penulis diundang untuk presentasi tentang Human
Capital Management sebagai pembicara tamu oleh satu perusahaan
telekomunikasi terkemuka di Indonesia, dalam suatu event besar tahunan
yang disebut “Human Capital Summit” tingkat Nasional, penulis coba
tanyakan kepada beberapa pejabatnya, khususnya yang eselon satu, dengan
satu pertanyaan yang sangat mudah: “Apakah beda prinsip antara Human
Capital Management dengan Human Resourse Management?”. Ternyata jawaban
yang saya peroleh hampir seragam, yang dapat saya sarikan sebagai
berikut:
Human
Capital Management itu menganggap people sebagai capital atau asset,
bukan lagi sebagai resource seperti halnya dalam Human Resource
Management
Human Capital melibatkan Talent Management, Tacit Management dan Knowledge Management.
Namun
ketika saya tanyakan lebih lanjut bagaimana dengan implikasi dan
aplikasinya di ranah bisnis dan ranah publik? Jawabnya tidak lagi
seragam. Padahal persepsi dan aplikasi yang kurang tepat dapat
menciptakan proses dan hasil yang kontra-produktif.
Sejarah Pengelolaan “People” dalam Bisnis
Sebagai awal kata, saya ingin mengingatkan, bahwa sejarah telah menoreh catatan sebagai berikut:
Di
masa-masa sebelum Revolusi Industri, pengelolaan “people”, diawali
dengan hadirnya Account Department sebagi pengelola tunggal dalam
mengelola “people”. Wajar sajalah, karena pada waktu itu mengelola
“people” masih sangat murni transaksional antara pemberi tugas dan
buruh, atau berupa pengelolaan jasa dan upah pekerja. Sehingga bagi
Account Department yang salah satu tugasnya adalah mencatat transaksi,
tugas mengelola “people” bukanlah tugas yang memberatkan.
Setelah
datangnya Revolusi Industri di Eropa dengan gencarnya mekanisasi proses
industri (dengan trigger penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun
1796), dan Revolusi Pertanian atau Revolusi Kapas di Amerika Serikat
(dengan trigger penemuan mesin pemisah biji kapas dari seratnya oleh Eli
Whitney pada tahun 1793 ) dan dengan hadirnya buruh-buruh berkulit
hitam dari Afrika yang merapat pertama kali pada tahun 1619 di
Jamestown, negara bagian Virginia yang sengaja didatangkan sebagai budak
belian untuk mengelola kebun-kebun tembakau dan kapas beserta
mekanisasinya, maka masalah mulai banyak, Sehingga kemudian, Account
Department tidak mampu lagi mengelolanya. Maka muncullah kemudian unit
pengelola baru bagi “labor” atau “people” yang disebut “personnel
department” yang dipisahkan dari tanggung jawab “account department”,
karena semakin kompleksnya urusan manusia yang bekerja di sektor bisnis.
Ilmunya kemudian berkembang menjadi “Personnel Management”, yang
merebak sampai decade delapan puluhan abad ke dua puluh. Istilah untuk
“people”nya sudah mulai diperkenalkan dengan nama employee, meski ada
yang masih menyebutnya dengan worker., bahkan ada yang masih juga
menyebutnya dengan labor
Setelah
era delapan puluhan dengan semakin mahalnya harga minyak, maka bisnis
mulai turbulent. Pengelolaan manusia yang terlibat dalam bisnis juga
semakin kompleks, sehingga akhirnya muncul unit kerja baru yang disebut
“Human Resource Development”. Ilmunya berkembang menjadi “Human Resource
Management”.
Era
di atas, sejak masuk abad ke dua puluh satu mulai memudar, karena
masuknya paham, bahwa dalam bisnis manusia itu jangan dianggap sebagai
sumber daya atau resource tapi sebagai asset atau capital.. Maka
kemudian mulai timbul apa yang disebut sebagai “Human Asset Management”,
atau ada pula yang menyebutnya sebagai “Human Capital Management”
sedang unit pengelolanya disebut sebagai “Human Asset Department” atau
“Human Capital Department”. Bahkan, sebuah industri minyak, yaitu
CHEVRON malah menyebutnya sebagai “Human Energy Management”, suatu
sistem pengelolaan people yang sudah di-patent-kan.
Nah,
berangkat dari hal tersebut di atas, maka penulis mulai bertanya
(sekaligus menjawabnya nanti), dimanakan sebenarnya letak perbedaan
antara “Human Resource Management” Versus “Human Capital Management”?
Baik dalam hal Teori, maupun Praktek atau aplikasinya di lapangan.
Karena melihat kenyataan di lapangan, hal tersebut tidak ada bedanya,
sehingga nampaknya tidak ada pembaharuan dalam pengelolaan “people”
kecuali perubahan kata atau kalimat saja.
Sebelum
saya teruskan, mohon sharing atau feedback dari para anggota
milis/group, apakah sebenarnya beda antara keduanya, baik dalam Teori
maupun praktek-praktek manajerial dan operasionalnya di lapangan. Karena
secara jelas, memang ada perbedaan dalam teori maupun aplikasinya di
lapangan.
Tulisan ini akan dilanjutkan setelah ada feedback dari anggota milis.
Terima kasih dan Salam Manajemen
Kredo:
Teori tanpa Praktek adalah omong kosong, sedangkan Praktek tanpa Teori itu ngawur. Apalagi tanpa Teori dan Praktek.
Ratmaya Urip
(BERSAMBUNG).
================ =
Diskusi:
1. Fachrul Kurniawan:
Pak
Ratmaya kalo di dunia bisnis itu berkembang Human Capital Management,
berarti perlakuan terhadap pekerja seperti asset,pertanyaan saya jika
asset ada kecenderungan untuk turun nilainya,bagaimana menghadapi ini?
Kemudian Pak Ratmaya tanya ke pejabat eselon satu, yg notabene kan
pejabat pemerintahan,menurut pak Ratmaya apakah PNS itu bisa disebut
Human Capital Management?artinya ada satu faktor kenapa PNS itu ada
adalah untuk mengurangi pengangguran yg ada sehingga PNS ini bisa
dikatakan naungan bagi org2 yg tdk mau bekerja secara serius dan
menghadapi tantangan,kemudian PNS sebagai asset negara bisa dilihat dari
anggaran rata-rata yg dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah
selalu lebih besar dari anggaran belanja pembangunan…..?
fach_77@yahoo.com
fachrulkurniawaan.blogspot.com
===================
Masukan Ratmaya Urip:
Dear Pak Fachrul,
Selama tenaga kerja over-supply apalagi sangat besar gap-nya, maka yg terjadi adalah “people” diperlakukan sbg resource.
People
sbg asset dapat dilakukan, jika benar2 “manning”nya sesuai dengan
business processnya. Ingat struktur organisasi dibuat setelah business
process dirumuskan dan ditetapkan. Dlm hal ini sudah mengandung esensi
efektifitas dan efisiensi. Shg people yg akan ditetapkan benar2 tepat.
Pengertian human sbg asset adalah jika human sdh memenuhi 3 kriteria pokok:
1. Ability (skill and knowledge)
2. Moral (attitude and behavior) termasuk accountability, credibility/integrity/honesty, dll
3. Arts (Creativity, acceptability, adabtability, creditability/honorability dan jika perlu recognizability)
Jika ketiga2nya dapat terintegrasi sempurna maka akan diperoleh “human value” shg baru dapat disebut human sbg asset.
Selama ini, dlm human resource management, sering hanya mengandung pengertian 2 hal yg paling atas. Yaitu ability dan moral.
Dalam
pengertian human sbg asset, maka human wajib benar2 talented and tacit.
Creativity atau kemampuan utk berinovasi merupakan keharusan.
Shg jika human resource grafiknya linier atau 2 dimensi, sedang human asset atau human capital adalah 3 dimensi.
Human asset management atau human capital management dapat diterapkan di sektor bisnis maupun sektor publik.
Untuk
jelasnya harus dengan tatap muka, krn banyak aplikasi2 yg wajib
dilakukan. Tdk sekedar siklus “dynamics HR Cycles” spt halnya dlm Human
Resource Mngmt, seperti cascading Strategic Business Plan tingkat
Corporate yg diturunkan menjadi corporate HR Strategic, kemudian
dijabarkan lagi menjadi
Planning-Acquiring-Developing-Maintaining-Retaining. Atau siklus
lainnya: HR Planning-Recruiting-Renumeration-Performance
Mngmt-Competency Development-Discipline Mngmt-Career Movement.
Ada satu hal lagi yg sampai saat ini masih sulit diaplikasikan jika dikaitkan dengan Finance and Account.
Jika
sbg resource mk dalam balance sheet atau neraca pososinya ada di sisi
kanan, sementara sbg asset posisinya ada di sisi kiri.
Saya tdk bisa menjelaskan detail krn harus banyak diagram, yg hanya dpt dilakukan dg tatap muka.
Jika
ingin lebih detail, dengan senang hati kami akan menerima jika Bpk
dapat bergabung dalam “Certified Human Capital Management Course” di
Magister Manajemen salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Nanti Bpk
bisa ketemu saya di sana utk Course minimal 100 jam efektif.
Salam Manajemen
Ratmaya Urip
=============
2. Sharing dari: GM Agung Nugroho
Yth Bpk Ramaya Urip
Berarti bisa saya amsunsikan juga, kita sebagai karyawan yang profesional
Jika ingin dianggap sebagai asset berharga harus memiliki :
- soft hard skill yang mumpuni
- attitude yang matang
- art (adaptable, kreatifitas dll)
Waaaah benar2 suatu pencerahan yang luar biasa
Terima kasih
Tuhan memberkati Pak Ratmaya Urip
Best-regard
GM. Agung Nugroho
===============
Sharing Ratmaya Urip:
Dear Pak Agung,
Esensi
utama jika ingin supaya human dapat disebut asset (bukan hanya
resource) adalah jika human tsb dapat memberikan value dengan 3 kriteria
tsb.
Alfin
Toffler menyebut era saat ini adalah era gelombang ketiga atau The
Third Wave atau era Informasi. Pdhal sebenarnya kita sudah wajib
memanfaatkan Informasi tsb sbg sarana utk membangun creativity utk
terciptanya Inovasi jika ingin memenangkan persaingan.
Era-nya
juga sdh masuk ke gelombang keempat, yaitu era Inovasi tanpa henti. Nah
bgmn persiapan human di Indonesia? Mau tdk mau, suka tidak suka wajib
untuk setiap human dapat memiliki value, shg dapat menjadi asset. Bukan
human sebagai resource.
Ingat
jika kita mau jujur, pengertian resource lebih sering dipakai sbg obyek
yg pasif atau input saja jika bicara trilogi atau milestones
input-proses-output. Sementara human sbg asset bisa memiliki posisi sbg
subyek yg dpt diaktifkan.
Secara harfiah akan lebih mudah menjabarkan pengertian resource dan asset atau capital.
Salam Manajemen
Ratmaya Urip
= == == = = = = = = = = = = =
3. Masukan dari Pak Jusep:
Dear Pak Ratmaya Urip,
Jauh juga ya ke surabaya..
Tidak ada rencana mengadakan di Jakarta?
Menurut saya pasti banyak yang berminat.
Best Regards
Jusep Kesuma
==========
Sharing dari Ratmaya Urip:
Dear Pak Jusep,
Bisa
saya bicarakan dengan teman2 dr salah satu program Magister Manajemen
utk mengadakan course di luar kota Surabaya, dengan minimal peserta 20
orang.
Krn program ini memang program course unggulan di luar program jenjang MM.
Trm kasih dan salam
Ratmaya Urip.
================
4. Sharing dari Mas NURHADI:
Sy
kuliah akhir th '80an/awal '90an. Dosen sy (Prof Mardi Hartanto)
mengajarkan HRM tapi - mnrt sy - penafsirannya sdh spt HCM yg bpk
sampaikan (atau bahkan lbh "futuristik" lagi). Mnrt beliau, dlm HRM yg
paling mendasar hrs diperhatikan adl unsur M (manusia)nya, bukan R
(resource)nya. Penafsirannya, bukan sumberdaya yg berwujud manusia (M),
tapi manusia yg bersumberdaya dimana daya yg dimiliki oleh seorang
manusia itu sangat besar/hampir tak terbatas, antara lain daya
cipta/daya kreasi/inovasi. Jadi, tugas organisasi (manajemen perusahaan)
adl mewadahi dan memfasilitasi manusia2 (anggota organisasi/perusahaan)
utk berkreasi/berinovasi, shg organisasi/perush terus maju
berkembangan, sumbangan yg diberikan oleh orang2 anggota organisasi akan
bisa sangat besar, berlipat2.
Sementara
itu dlm HCM - menurut sy - 'perlakuan' manusia sbg 'asset' konotasinya
kurang manusiawi, krn 'asset' adl kekayaan, sesuatu yg DIMILIKI oleh
pengusaha/perusahaan dan diperlakukan sekehendak pemiliknya. Hal ini
berbeda dg teori HRMnya Prof Mardi yg sy sebutkan (ide2/konsepnya sdh
dibukukan, cukup tebal) dimana manusia (Pak Mardi menyebutnya Manusia
Karya) mesti diperlakukan oleh pengusaha sbg MITRA dlm upaya utk sama2
berkembang; Manusia Karya terus berupaya mengembangkan diri melalui
karya2 cipta dan inovasinya (yg prosesnya diwadahi dan difasilitasi oleh
perush/pengusaha) yg pd akhirnya karya2 kreatif/inovatif tsb akan
membawa perkemb/kemajuan bagi perusahaan.........
====================
5. Respons RATMAYA URIP:
@Mas
Nurhadi; He.he.he...suatu diskusi yang menarik...terima kasih sudah
melengkapi.....Namun coba kita tengok aplikasinya saat ini di
lapangan...Jika semua berjalan sesuai dengan yang kita inginkan bersama,
mungkin negeri ini tidak seperti ayam mati di lumbung padi. Faktanya
banyak institusi yang masih menerapkan HRM dengan 'The Iceberg
Model"-nya, yang masih saja berkutat pada 2 dimensi atau 2 Perspektif
dalam pengelolaan Human-nya. Bapak benar tentang apa yang Bpk uraikan.
Saya sengaja membatasi hanya pada 3 dimensi saja supaya mudah dalam
pemberian solusi. Kebetulan saya berlatar belakang Ilmu Engineering,
sehingga selalu mempergunakan pendekatan matematis. Atau melakukan
konvergensi dalam pemberian solusi, bukannya divergensi. Ibarat Einstein
yang melakukan suatu hal yang ruwet tinggal menjadi formula E=mc2.
Dengan 3 dimensi, yang hanya mempergunakan sumbu x,y,z akan lebih mudah
dalam penjabarannya. Selama ini dengan "Iceberg Model" dalam HRM kita
hanya berkutat pada fungsi linier matematis. Sementara HCM sengaja saya
lukiskan sebagai bentuk matematis dengan 3 dimensi.
Dimensi Ability
(Skill & Knowledge) sebagai absis "x", Dimensi Moral (Attitude &
Behavior, termasuk integrity, honesty, credibility, accountability,
dll) sebagai ordinat "y". Sedangkan ARTS (creativity/innovation,
adabtability, flexibility, acceptability/electability, enthusiasm, dsb)
sebagai dimensi ke-3 saya gambarkan sebagai sumbu "Z". Jika kita
memasukkan seluruh aspek yang ada dalam HUMAN, sehingga melibatkan
fungsi matematis yang lebih dari 3 dimensi akan lebih sulit dalam
aplikasinya, karena akan melakukan pendekatan Analisa Numerik, meskipun
dengan ditemukannya komputer, analisisnya akan lebih mudah...Namun
secara praktis di lapangan, hal-hal lain yang Bpk sampaikan dapat
didekatkan atau di elliminasi atau digabungkan pada dimensi yang telah
ada... Itu saja. Memang penjelasannya akan lebih mudah jika menggunakan
bagan-bagan dan harus dengan tatap muka, bukan semata disampaikan dalam
kalimat2 deskriptif. Btw..terim kasih atas respons-nya yang positip dan
telah menggairahkan diskusi tentang hal ini.
Bravo Mas Nur...Salam
manajemen... (Catatan: Dalam HCM, Human sudah dalam pengertian sebagai
Mitra, dan itu sdh terproyeksi dalam Dimensi ke-3, dimana sebagai
Capital, manusia sudah diberi atau dikatagorikan memiliki VALUE,
sehingga memiliki Human VALUE, karena manusia dalam dimensi ke-3 wajib
memiliki Human Honorability, atau Human Recognizibility. Maka kadang
saya lebih suka menyebut Human Capital itu sebagai Human Value. Sehingga
ilmunya saya sebut sebagai Human Value Management (HVM)...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar