KLINIK KONSTRUKSI:
Diasuh Oleh: Ratmaya Urip
(8 Mei 2014)
=================
Ada masukan atau pertanyaan menarik dari seorang teman di satu Forum, sebagai
berikut:
Pengasuh Klinik Konstruksi Yth,
Saya tergelitik hati untuk melontarkan pertanyaan diatas ke forum ini.
Di belakang gedung kantor saya kebetulan sedang ada pembangunan beberapa tower
perkantoran dan apartemen.
Sementara pengerjaan baru penggalian tanah untuk basement.
Beberapa waktu yang lalu ketika Jakarta diguyur hujan lebat tergenanglah galian
tanah tersebut.
Genangan yang ada lebih dari 2 hari tidak surut, sampai harus dipompa.
Itu terlihat galian basement yang luas, yang tanpa halangan tampak tanah merah
yang seharusnya air langsung meresap dalam hitungan jam.
Menurut saya tidak banyak efek dalam pengendalian banjir dengan cara sumur
resapan.
Bagaimana pendapat rekan2?
E. (Nama dengan akronim untuk privasi)
==========================
MASUKAN ATAU JAWABAN DARI RATMAYA URIP:
Pak E dan seluruh Anggota Forum Konstruksi,
Pertama-tama saya ingin tahu lokasi mana di Jakarta yang Bpk maksud. Karena ada
beberapa perbedaan jenis tanah untuk lokasi-lokasi tertentu. Namun demikian
saya dapat sampaikan, bahwa pada umumnya wilayah Jakarta adalah wilayah
alluvial, dengan kandungan "clay' (lempung) yang tinggi.
Pada umumnya tanah "clay" mengandung oksida-oksida dengan dominasi
oksida silika (sekitar 50-60%), oksida alumina (20-30%) dan oksida ferro
(sekitar 7-17%). Coba perhatikan, di beberapa lokasi di Jakarta ada yang
didominasi lempung yang tercampur tanah organik (warna kehitaman), ada lempung
keabuan (dominasi alumina oksida dan silika oksida tinggi), lempung
keputih-putihan (silika oksida yang tinggi), lempung kemerah-merahan
(ferro-oksida relatif tinggi)
Bpk menyampaikan, bahwa tanah di lokasi tersebut adalah berwarna kemerahan,
berarti saya duga, kandungan tanah secara geokimia, didominasi oleh Silika
oksida, Alumina oksida dan Ferro-oksida, dengan ferro oksida relatif lebih
tinggi daripada ferro oksida rata-rata. Total ketiga oksida tersebut sekitar
80-95%.
Dalam term "Mekanika Tanah", "geokimia",
"mineralogi", dan "kristalografi" tanah dengan dominasi
"clay" memiliki sifat-sifat dasar sbb:
1. Porosity sangat rendah, bahkan di beberapa lokasi mendekati NOL (jumlah pori
sangat sedikit)
2. Permeability sangat rendah (kemampuan untuk dapat ditembus benda cair sangat
rendah)
3. Capilarrity sangat rendah
4. Specific surface dari tanah (luas jenis) sangat tinggi ( jumlah luasan
butiran per berat yang sangat tinggi), atau butirannya sangat halus.
5. Secara Geokimia, kandungan oksida dominan adalah silika oksida, alumina
oksida dan ferro oksida
(total oksida ini sekitar 80-95%)
6. Secara mineralogi, tanah mengandung salah satu dari jenis tanah lempung
"Kaolin Group" seperti "kaolinite", "dickite",
"nacrite", "halloysite, atau termasuk dalam
"Montmorillonite Group" seperti "montmorillonite",
"beidellite", "nontronite", "saponite" atau
termasuk dalam "Alkali Bearing Clays" seperti
"illite".
7. Secara Crystallography, jenis tanahnya diduga masuk katagori
"amorf" atau "amorphous"
Karena sifat-sifat tersebut di atas, maka air akan kesulitan menembus atau
melalui tanah dimaksud.
Ini berbeda dengan tanah di Yogyakarta atau Bandung Utara yang memiliki cakupan
tanah yang berpasir (memiliki porositas lebih tinggi)
Pembuatan sumur-sumur resapan sebanyak apapun tidak akan dapat membuat air
meresap ke dalam tanah.
Perlu diketahui, dalam aplikasi konstruksi, pendekatan para ahli konstruksi
semata-mata pendekatannya adalah pendekatan fisik-mekanik semata, dengan
menggunakan SOIL MECHANICS and FOUNDATION ENGINEERING approach (berbasis
kekuatan atau ketahanan konstruksi). Jarang yang melengkapinya dengan
pendekatan GEOCHEMISTRY for CONSTRUCTION, atau MINERALOGY serta
CRYSTALLOGRAPHY. yang lebih ke aspek DURABILITY (keawetan). Itulah mengapa
sering terjadi perkerasan jalan dengan "surface coarse" berbahan
material aspal sering rusak (apalagi jika terendam banjir), tanah di Cipularang
sering longsor, dan sebagainya.
Kembali ke pertanyaan Bpk, untuk Jakarta, khusus untuk wilayah-wilayah tertentu,
pembuatan sumur resapan sebanyak apapun, tidak akan efektif untuk membuat air
meresap ke dalam tanah. Itulah mengapa jika kita membuat lubang jika kemasukan
air, maka air akan sulit meresap, sehingga perlu dipompa.
Juga penanaman pohon sebanyak apapun tidak akan pernah membuat air meresap ke
tanah.
Solusi terbaik adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium di laboratorium
SOIL MECHANICS, GEOCHEMISTRY, MINERALOGY dan CRYSTALLOGRAPHY.
Solusi drainasi yang terbaik hanyalah dengan dipompa. Itulah salah satu
kontribusi penyebab mengapa masalah banjir di Jakarta relatif lebih sulit
diatasi. Karena air harus dialirkan atau mengalir semata-mata dengan dialirkan
melalui kanal (seperti CAKUNG DRAIN, CENGKARENG DRAIN, KANAL BANJIR TIMUR) atau
dengan dipompa (melalui WADUK-WADUK atau POLDER-POLDER atau BOEZEM-BOEZEM),
seperti di Pluit, dan lain2.). Karena air sulit meresap ke dalam tanah, seperti
diuraikan di atas.
Demikian, terima kasih, semoga bermanfaat.
Ratmaya Urip
Klinik Konstruksi 8 Mei 2014