Senin, 09 November 2009

Sejenak Bersama Walikota Surabaya, Bapak Bambang DH



Sejenak Bersama Walikota Surabaya, Bpk Bambang DH



(Artikel ini sedang dalam proses penyuntingan. Tunggu tanggal terbitnya. Terima kasih dan salam.

Sabtu, 07 November 2009

"ANGGODO DUTO" DI JAWA POS


“ANGGODO DUTO” DI JAWA POS

.

.

Membaca koran pagi Jawa Pos, hari ini, Minggu, 8 November 2009, di halaman depan kiri bawah, saya benar-benar terperangah. Di situ bertengger artikel tentang ANGGODO, yang idenya mirip dengan apa yang telah saya sampaikan ke milis ini sebelumnya. Yang membuat saya terperangah adalah, bahwa artikel di Jawa Pos itu muncul setelah saya sempat mengirim artikel saya tentang ANGGODO tersebut via email ke Jawa Pos sebelumnya (namun tidak di”released” oleh Jawa Pos). Hanya yang tertulis di Jawa Pos lebih lengkap karena dilengkapi oleh data perpustakaan yang memadai. Sementara artikel saya dibuat secara spontan, belum dibumbui dengan referensi-referensi pendukung, alias masih mentah yang muncul secara tiba-tiba dan spontan dari benak saya. Masih “raw article”.

Saya berharap apa yang ditulis di Jawa Pos dengan apa yang saya sampaikan di beberapa milis tersebut memang karena kesamaan ide saja, bukan penulis di Jawa Pos (yang mungkin secara kebetulan adalah wartawan Jawa Pos), mendapatkan ide setelah menerima email saya yang saya kirimkan ke Jawa Pos. Semoga saja. Karena memang ide yang sama itu kadang muncul pada beberapa orang yang berbeda. (Note: tulisan saya tentang ANGGODO itu sempat saya kirimkan ke 4 milis sekaligus, yaitu mailinglistamasby@yahoogroups.com, ama-dki@yahoogroups.com, quality-network@yahoogroups.com, dan secara terpisah juga saya kirimkan ke indokarlmay@yahoogroups.com) .

Ketika muncul ide untuk menulis tentang ANGGODO tersebut, pada awalnya saya ingin menulis secara panjang lebar dalam beberapa seri. Saya ingin melengkapi dengan referensi-referensi dari perpustakaan wayang yang saya miliki, namun tiba-tiba saja rasa malas untuk menulis kambuh. Yang hal itu sempat saya sampaikan di serial ANGGODO (Seri 2), sebagai pengantar atau jawaban untuk sahabat saya Bpk Yuki Wiyono yang bergabung di milis AMA-DKI. (ama-dki@yahoogroups.com), dan juga response untuk Mas Hari Sasongko di milis QUALITY-NETWORK (quality-network@yahoogroups.com), sehingga akhirnya penulisan saya hentikan sampai serial 2 saja.

Saya berpikir positip saja, dengan mengatakan, bahwa apa yang telah ditulis di Jawa Pos tersebut sebagai tambahan informasi pada Bpk Yuki Wiyono, yang sudah lupa tentang serial ANGGODO MBALELO, atau ANGGODO DUTO di serial epos RAMAYANA. Karena beliau memang pecinta wayang, namun karena beliau membaca serial wayang via komik ketika beliau masih kecil, bukan karena menekuni wayang kulit atau wayang orang semalam suntuk (benar kan Pak Yuki?) , maka sekarang beliau lupa. Nah tambahan informasi yang sempat Pak Yuki tanyakan via email tersebut (yang sempat Pak Yuki tanyakan via email ke saya di pengantar ANGGODO –Seri 2), dapat dibaca di Jawa Pos, yang muncul beberapa hari setelah artikel saya, saya kirimkan ke Jawa Pos sebelumnya.

Saya sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa ide tulisan yang ada di Jawa Pos tersebut muncul, setelah membaca kiriman tulisan saya ke Jawa Pos sebelumnya (namun tidak dimuat). Itu hanya kesamaan ide saja, yang muncul secara bersama-sama dalam benak dua orang yang berbeda. Sehingga kedua isi benak yang telah menulis artikel tersebut baik via milis maupun via harian pagi, memang benar-benar telah menelurkan ide yang “original”, bukan salah satu di antaranya mengembangkan ide dari ide yang lain. Hikmahnya adalah, ternyata pecinta wayang itu masih banyak, meskipun jaman sudah berubah. Sehingga peristiwa masa kini dapat dicari referensinya dari epos pewayangan, apakah itu Mahabharata (Wayang Purwa), Ramayana, maupun Bharatayudha. Itulah yang dapat disarikan.

Semoga di kesempatan lain saya dapat menulis artikel tentang manajemen yang mengacu pada referensi dari dunia pewayangan. Karena untuk itu saya sedang menyiapkan buku tentang “FOLLOWERSHIP” (Kepengikutan), sebagai “balance” untuk “LEADERSHIP” (Kepemimpinan). Khususnya tentang “Visionary & Transformative Followership”. Selama ini dunia manajemen disesaki oleh “follower” karena yang namanya “leader” itu jauh lebih sedikit jumlahnya. Namun dunia manajemen penuh dengan literatur tentang “leadership”, sangat langka literatur tentang “followership”. Itulah perlunya “balancing”. Dengan “statement” tentang “followership” yang mengacu pada dunia pewayangan ini, saya hanya ingin menyampaikan ide, supaya jika di kemudian hari ada benak orang lain yang ternyata memiliki ide yang sama dengan ide saya ini, saya sudah lebih dahulu melangkah. Tentang “followership” ini sebenarnya sudah sering saya lontarkan berkali-kali selama beberapa tahun di berbagai kesempatan dan media, namun belum cukup “response”. Mungkin karena lebih menjanjikan kalau kita mendalami “leadership’ daripada “followership”. Padahal di dunia ini segalanya diperlukan “balancing”, supaya saling melengkapi. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada protagonis ada antagonis, ada indah ada buruk, ada cinta ada benci, dan sebagainya.

Tentu saja “strong & effective leadership” saja tidaklah cukup, karena harus diimbangi dengan “strong & effective followership”. Karena dari pengamatan saya, banyak kegagalan yang terjadi di Indonesia saat ini yang disebabkan oleh lemahnya followership.

Sekuat apapun leadership-nya tanpa kemampuan menerjemahkan (cascading atau deployment) atas visi, ide dan mimpi seorang leader oleh follower-nya untuk menjadi action plan, real goal & objective di tingkat operasional, maka visi, ide dan mimpi tersebut hanyalah akan tetap sebatas wacana saja.

Menurut penulis makna followership yang masih berkutat hanya pada teori-teori Five reasons to follow, yaitu tentang relasi antara leader-follower yang berkaitan dengan respect, trust, liking, support, dan ideas, tidaklah cukup. Meskipun ditambah dengan teori-teori tentang exemplary, alienation, conformist, pragmatist, passive (Kelly’s Model, 1992).

Menurut saya, “Followership” (Kepengikutan), adalah kemampuan untuk menerjemahkan atau melakukan “deployment” atau melakukan “cascading” atas mimpi, visi, misi dan ide-ide stratejik dari “leader” oleh “follower”-nya, sehingga benar-benar dapat menjadi “action plan”, dan dapat dilaksanakan secara operasional di lapangan secara visioner, efektif dan transformatif. Sehingga “goal & objective” benar-benar dapat tercapai.

Sebagai “leader”, Presiden, Gubernur, Bupati, Perusahaan, CEO, BOD dan sebagainya bisa saja menyampaikan atau memberikan ide atau mimpi atau visinya, namun sejauh manakah kesiapan birokrat, dan manajer sebagai “follower” untuk membawa visi itu “down to the earth’. Itulah sebenarnya yang sering terjadi di lapangan. Itulah ranah “followership”. Visi hanya tetap akan menjadi mimpi jika tidak dapat dioperasionalkan di lapangan secara tepat atau sesuai dengan visi, misi dan strateginya.

Salam.

ooOoo

======================================

KOMENTAR-KOMENTAR BEBERAPA SAHABAT :

1. Dari Mas Hari Sasongko

(milis: quality-network@yahoogroups.com)

Re: [quality-network] Anggodo (Seri 2)

Sabtu, 7 November, 2009 09:14

Dari: Pengirim ini DomainKeys-nya telah diverifikasi

Tambahkan Pengirim ke Kontak

Kepada:

ratmayaurip@yahoo.com

hehehe...agak kuciwa juga om ratmaya, namun agak terobati dengan jadi didapatkannya kembali alamat blog om ratmaya yang sempat hilang dari kompi saya.
btw, sekali lagi sukses selalu. ditunggu karya2nya yang semakin mencerahkan kehidupan...
brgds...

================================================

2. Dari Bpk David Sigit

(milis: mailinglistamasby@yahoogroups.com)

Re: [mailinglistamasby] "ANGGODO DUTO" di JAWA POS

Sabtu, 7 November, 2009 20:48

Dari: Tambahkan Pengirim ke Kontak

Kepada:

mailinglistamasby@yahoogroups.com

BELAJAR DARI SEJARAH...(JAS MERAH)

Begitu mudahnya negeri tercinta ini diadu ya Pak ? Kayak wayang kulit..dipertunjukk an di atas selembar kain yang bernama GEBER..!!! Kalo negeri ini mudah diadu diatas selembar kertas yang bernama DUIT...gak salah kalo suka dijajah 3,5 abad. Dan hanya manusia2 yang sadar (baca: pahlawan) yang mampu menjadikan negeri ini terbebas.... !! Tapi memang begitulah ..Because the World is grandstand for a part of theatrical..

================================================

3. Dari Bpk Yuki Wiyono

(milis: ama-dki@yahoogroups.com

Re: "ANGGODO DUTO" di JAWA POS

Sabtu, 7 November, 2009 21:49

Dari:

Pengirim ini DomainKeys-nya telah diverifikasi

Tambahkan Pengirim ke Kontak

Kepada:

"Ratmaya Urip" , mailinglistamasby@yahoogroups.com, ama-dki@yahoogroups.com, quality-network@yahoogroups.com

Cc:

inaqayla@yahoo.co.id, yunsopupami@yahoo.com, aslinaasnawi@yahoo.com, "Yuki cg_168" cg_168@yahoo.co.uk

Dear Pak Ratmaya,
Dunia pewayangan penuh dengan "wisdom" yang tidak kalah dengan "wisdom" serial Sun Tzu dsb nya.
Karena itu ide Bapak untuk menulis artikel management berdasarkan kisah2 dunia pewayangan akan sangat berarti dan memberikan sumbangsih besar terhadap dunia management di Indonesia.

Keluhuran dan kebijaksanaan Kresna misalnya, atau kesetiaan Wibisana terhadap Kurawa, bisa menjadi perlambang yang berguna bagi kehidupan.

Terimakasih Pak Ratmaya untuk pencerahannya.

Selamat berhari Minggu.

Wassalam,
Yuki Wiyono

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 05 November 2009

Anggodo




ANGGODO

.

Oleh : Ratmaya Urip

.

(Catatan: Maaf yang ini bukan tulisan tentang Anggodo Widjojo yang saat ini lagi berada di puncak “popularitas” dalam Kasus Bibit-Chandra, buah pertikaian KPK versus POLRI. Namun Anggodo sepupu Hanoman dalam epos pewayangan Ramayana. Kalau di antara keduanya memiliki kisah yang mirip, menurut saya mungkin bukanlah kebetulan adanya. Bukan maksud penulis untuk menggarami lautan dengan telah berjubelnya jutaan cerita dan resensi di mass media, baik media cetak, media elektronik, maupun dunia maya. Bukan pula untuk menembak bebek yang sudah lumpuh seperti yang dialami si pemuncak cerita dalam epos KPK versus POLRI, atau mengajari bebek berenang bagi para pembaca tulisan ini).

---

Kalau kita sering nonton atau malah penggemar wayang, apakah itu wayang kulit, wayang orang atau wayang klithik, pasti tahu persis siapa itu Anggodo. Ki Anom Suroto, dhalang yang sangat populer dari Surakarta, sering memberikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan cerita “Anggodo Mbalelo” (Anggodo Memberontak). Demikian juga dhalang-dhalang yang lain.

Dulu, jaman saya masih kecil dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ada 2 (dua) grup wayang orang yang saling bersaing, yaitu Ngesti Pandowo yang dipimpin oleh Ki Sastro Sabdo (kakak Ki Narto Sabto) dan Tjipto Kawedar, yang mendirikan “tobong” di Alun-alun Utara Yogyakarta (di depan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat), yang juga sering mementaskan “lakon” Anggodo Mbalelo. Sehingga saya tahu persis siapa itu tokoh wayang yang dinamakan Anggodo. Biasanya “tobong’ wayang orang didirikan jika ada “sekaten” atau Pekan Raya, atau Pekan Industri.

Ketika itu, hampir tiap malam saya menonton wayang orang, sehingga hampir seluruh “lakon” wayang, saya sampai hafal adegan maupun jalan ceritanya, termasuk pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan perang kembang, “goro-goro”, dan lain-lain. Maklum pecandu berat wayang. Saya kalau menonton wayang orang selalu di samping panggung, atau di sebelah tonil, atau di tempat keluar-masuknya pemain wayang orang ke dalam panggung. Saya tahu persis bagaimana para artis wayang berhias di belakang panggung, bahkan saya sering disuruh para artis yang sedang berdandan untuk mengambilkan sesuatu jika mereka kelupaan membawanya sebagai pelengkap berdandan. Sering juga saya mengambilkan mereka kopi atau “limun” atau “sar-saparila” (Note: dulu belum ada Coca Cola dan minuman-minuman ringan lainnya), jika mereka sedang tidak memerankan adegan di atas panggung, karena menunggu giliran untuk adegan berikutnya. Kadang saya hampir terinjak para petugas penggulung layar-latar atau tonil yang harus kerja keras mengganti layar-latar panggung yang harus selalu sigap menggantinya, menyesuaikannya dengan adegan yang ada di atas panggung. Kadang layar-latar yang bergambar istana, harus segera diubah menjadi hutan belantara, atau bahkan padepokan seorang resi, atau keputren tempat bercengkeramanya putri-putri raja dan para emban. Itu tergantung “lakon” dan adegannya.

Saya kalau menonton wayang orang tidak pernah membayar tiket masuk, karena kebetulan “bulik” (tante) saya membuka restoran di dalam “tobong”. Pasar dari restoran “bulik” adalah para penonton dan para artis wayang. Di samping menonton, saya juga membantu”bulik” menjajakan “limun” atau makanan kecil, bahkan hidangan makan malam di sela-sela penonton wayang, di tengah-tengah deretan kursi penonton, mulai dari kursi kelas utama, kelas 1, kelas2, kelas 3 sampai kelas “gethek” (mohon “e” dibaca sebagai “e” dalam kata “merengek”). Yang disebut kelas “gethek” adalah kelas yang paling murah, biasanya di bagian paling belakang dari “tobong”. Disebut “gethek” karena duduknya tidak di kursi, namun duduk di atas anyaman bambu yang digelar seperti tikar, yang di bawahnya diperkuat potongan-potongan “pring petung” atau “pring ori” yang sudah dihilangkan durinya, supaya tidak “njeblos”. Duduk di kelas “gethek” sangat menyiksa tubuh, khususnya mata. Karena letaknya yang jauh dari panggung pertunjukan, menyebabkan para pemain wayang yang ada di panggung tidak jelas. Sering kali penonton di kelas ini tidak mau duduk namun berdiri, bahkan sering kali mereka merangsek ke dpan panggung, kayak menonton sepakbola di Indonesia sekarang ini. Mereka tidak takut meskipun sering petugas keamanan mengusirnya untuk kembali ke “gethek” mereka. Pada jaman itu penonton selalu penuh menyesaki “tobong”. Maka hampir setiap malam saya lewatkan waktu untuk menonton wayang orang, jika Ngesti Pandowo maupun Tjipto Kawedar buka “tobong” di Alun-alun Utara Yogyakarta. Mulai kelas 2 sampai dengan akhir kuartal kedua kelas enam Sekolah Dasar. Kuartal ketiga dan keempat kelas enam saya terpaksa berhenti nonton wayang orang, karena harus mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Sekolah Dasar. Untunglah, orang tua tidak pernah memarahi, karena saya tidak pernah ketinggalan pelajaran, bahkan sering menduduki ranking atas, atau tiga besar di sekolah. Karena meskipun ayah saya almarhum adalah seorang perwira menengah polisi, beliau kebetulan juga “dhalang”. Sehingga mungkin beliau secara tidak langsung membawa saya pada suatu situasi untuk selalu memahami dan mendalami filosofi wayang. Nampaknya beliau melepaskan saya untuk belajar wayang dan filosofinya dari melihat secara langsung dalam pertunjukan wayang, tanpa beliau mengajarinya. Selepas Sekolah Sekolah Dasar, dan masuk Sekolah Menengah Pertama negeri terfavorit di Yogyakarta, kebiasaan nonton wayangpun terus dilanjutkan.

Kembali tentang Anggodo. Anggodo adalah salah satu tokoh wayang dalam epos Ramayana, bukan Mahabharata. Dalam kisah Ramayana kutub tokoh protagonis adalah Prabu Ramawijaya, raja dari kerajaan Pancawati, sementara tokoh antagonisnya adalah Rahwana, raja dari kerajaan Alengkadiraja. Alkisah, antara kedua kerajaan tersebut saling berperang, karena dipicu oleh ulah Rahwana yang menculik istri Prabu Rama, yaitu Dewi Shinta untuk dijadikan istri. Tentu saja Prabu Rama ingin merebut kembali istri yang sangat dicintainya tersebut (Maaf, pengantar ini perlu disampaikan, karena sekarang banyak sekali di antara para pembaca yang tidak tahu tentang wayang, apalagi generasi muda. Untuk itu bagi para pembaca yang sangat paham tentang wayang, baik itu dari epos Ramayana, Mahabharata, maupun Bharatayudha, mohon kesabarannya. Supaya yang tidak tahu atau belum tahu epos pewayangan mempunyai kesempatan untuk mencerna). Kepada pembaca yang ingin mendalami wayang, namun tidak “telaten” untuk nonton wayang kulit atau wayang orang, sekurang-kurangnya dapat membaca komik wayang lama yang nampaknya kini diterbitkan kembali, yaitu komik wayang serial Mahabharata, Bharatayudha, dan Ramayana oleh RA. Kosasih).

Prabu Rama mempunyai banyak pengikut, diantaranya Laksmana, adiknya, kemudian Gunawan Wibisono, adik Rahwana yang menyeberang ke Prabu Rama karena tidak setuju dengan tindakan kakaknya, Prabu Rahwana yang menculik Dewi Shinta. Di samping itu Prabu Rama juga memiliki ribuan pasukan kera, dengan panglima Subali, Sugriwa, Anggodo (anak Subali), dan Hanoman, si kera putih.

Dalam upayanya untuk merebut kembali Dewi Shinta dari Prabu Rahwana, Prabu Rama sempat mengirim “caraka” atau utusan, yaitu Anggodo. Anggodo, dikisahkan sebagai wayang berujud monyet yang memiliki sikap dan perilaku yang kurang begitu baik. Suka dan selalu menyenangi secara berlebihan keduniawian secara berlebih, atau suka sekali menikmati hidup secara berlebihan. Dia sangat labil dalam hal pendirian, suka mabuk-mabukan, dan suka berkelahi, begitulah konon cerita yang terbangun untuk tokoh yang satu ini.

Prabu Rahwana yang memiliki intelejen yang kuat, tentu saja tahu sifat-sifat buruk Anggodo. Maka ketika menerima Anggodo sebagai utusan Prabu Rama, Rahwana kemudian melakukan tipu daya, yang menyebabkan Anggodo justru berbalik mengambil sikap memusuhi Prabu Rama. Kebencian Anggodo kepada Prabu Rama mencapai puncaknya ketika dihasut oleh Rahwana, bahwa ayahnya, Subali, mati karena dibunuh Prabu Rama, tanpa diberitahu penyebabnya. (tentang cerita yang satu ini dapat disimak pada cerita lain : “Sugriwo-Subali”).

Dengan kebencian penuh, Anggodo kemudian mengobrak abrik pasukan monyet, yang merupakan balatentaranya sendiri, untuk menuntut balas kematian ayahnya, Subali, kepada Prabu Rama. Maka kisah ini kemudian dikenal sebagai “Anggodo Duto”, atau “Anggodo Mbalelo”, atau Anggodo Memberontak. Akhirnya Anggodo dapat dikalahkan oleh Hanoman.

Yang perlu dicatat adalah, biasanya setiap orang tua selalu memberikan nama dengan nama yang secara psychologis dapat memberikan nilai tambah bagi si empunya nama. Dalam hal ini pastilah nama yang dipilih untuk anaknya adalah nama yang harum, yang dapat mencerminkan sikap dan perilaku sesuai dengan nama yang menjadi panutannya. Ada yang memberi nama depan Muhammad, supaya memiliki dan mewarisi sikap dan kebesaran Nabi Muhammad SAW. Ada yang memberi nama Yusuf, supaya memiliki keindahan ragawi seperti Nabi Yusuf AS, ada yang mengambil nama salah satu dari Asmaul Husna, seperti Muhaimin, Khooliq, Bashiir, Aziiz, dan sebagainya. Juga ada yang menamai anaknya dengan nama Bimo, Arjuno, Sadewo, Seto, dan tokoh-tokoh wayang lainnya. Semuanya pastilah nama-nama yang harum, karena memiliki sifat yang mulia. Maka kalau ada seseorang bernama Anggodo, karena saya tahu persis bahwa Anggodo itu dalam dunia pewayangan adalah nama yang sangat antagonis, saya layak dan sah-sah saja untuk heran. Karena nama Anggodo adalah nama yang sangat tidak populer dalam dunia pewayangan, mengingat sifat-sifatnya yang kurang baik, yang masuk katagori musuh-musuh para pemeran protagonis. Ada lagi, nama wayang lain yang pernah saya dengar yang kurang harum di dunia pewayangan, yaitu Banowati, yang pernah saya ketahui dipakai oleh salah satu artis Indonesia. Padahal Banowati itu adalah istri Prabu Suyudono yang dikenal tidak setia, karena sangat mencintai Arjuna. Untung nama artis dimaksud sekarang sudah diubah, mungkin saja dia tahu, bahwa nama Banowati adalah nama yang kurang harum di dunia pewayangan. Untuk nama wanita yang paling favorit jika diambil dari dunia pewayangan adalah Setyowati. Karena Setyowati adalah istri Prabu Salya, yang dikenal sangat setia kepada suaminya. Kecintaannya pada suami diwujudkan sampai ungkapan sehidup semati benar-benar ada, meskipun itu hanya ada di dunia pewayangan. Perlu diketahui, Dewi Setyowati, istri Prabu Salya, akhirnya bunuh diri di dekat jenazah suaminya ketika suaminya gugur di Padang Kurusetra, sebagai martir dalam Perang Bharatayudha. Maka jika ada nama Setyowati yang disandang oleh seseorang, namun sikap dan perilakunya tidak sesuai dengan Setyowati di dunia pewayangan, saya pastilah akan mengernyitkan dahi, memicingkan mata, menggaruk-garuk kepala (meski tidak gatal) dan bertanya-tanya (dalam hati).

Justru saya pantas untuk salut dan memberikan apresiasi, seandainya ada seseorang yang bernama Banowati, atau bahkan Anggodo (meskipun saya tidak yakin banyak orang yang akan memilih nama-nama tersebut, yang di dunia pewayangan merupakan nama yang tidak populer karena sifat-sifatnya yang kurang baik), jika si pembawa nama itu ternyata dalam kesehariannya dikenal santun, baik, berbudi, dan tidak tercela.

Sedangkan si penyandang nama Anggodo yang kini sedang menjadi “kembang lambe” (buah bibir), kehidupan berbangsa dan bernegara, saya belum tahu dengan persis, apakah termasuk tokoh antagonis atau protagonis, karena masalahnya semakin kompleks, bak bola salju yang menggelinding dengan cepatnya menuruni lembah bersalju yang sangat curam, sehingga bolanya semakin besar dan besar. Ranah hukum sudah lewat karena sudah memasuki ranah politik. Semoga saja kebenaran yang hakiki, tidak hanya kebenaran hitam-putih akan segera tiba.

Yang pasti, kalau Anggodo di dunia pewayangan, saya sudah lama tahu dengan persis, bahwa dia adalah termasuk tokoh antagonis.

SEKIAN

Sidoarjo, 6 November 2009

KOMENTAR PEMBACA SETELAH MEMBACA “ANGGODO” :

Re:ANGGODO (Seri-1)

Jumat, 6 November, 2009 03:52

Dari:

Pengirim ini DomainKeys-nya telah diverifikasi

Tambahkan Pengirim ke Kontak

Kepada:

ratmayaurip@yahoo.com

Pak Rat......mana terusannya.
Segera dimunculkan yah.
Aku termasuk penggemar wayang, mulai dari Ramayana, Ulamsari, Mahabharata sampai Wayang Purwa.

Tak tunggu yah kisah selanjutnya, dan kalau tulisannya sudah jadi semua saya minta dikirimi by email.

Soale aku lupa gimana yah kisahnya Anggodo itu?

Regards,
Yuki Wiyono
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

= = = = = = =

Beri bendera pesan ini

ANGGODO (Seri-1)

Kamis, 5 November, 2009 19:37

Dari:

Pengirim ini DomainKeys-nya telah diverifikasi

Tambahkan Pengirim ke Kontak

Kepada:

ratmayaurip@yahoo.com

pagi om ratmaya...cerita menyenangkan buat menyambut hari-hari yang melelahkan semenjak kasus KPK dan Polri merebak akhir-aknir ini. tidak sabar rasanya menunggu kelanjutan ceritanya..sukses selalu...
brgds..

Minggu, 01 November 2009

KLINIK KONSTRUKSI 8





.

KLINIK KONSTRUKSI 8

CLINICS OF CONSTRUCTION 8

PROLOG:

In the market and factory, Type V of Portland Cement or High Sulfat Resistance Portland Cement (HSRPC) and Type II of Portland Cement or Moderate Sulfate Resistance or Heat Hydration Portland Cement (MSRHPC) is difficult to meet. It’s due to the limited production. Type V and Type II of Portland Cement is produced by JOB ORDER not MASS PRODUCTION as produce Type I (OPC), because of the limited of market demand. For this case there’s alternative solution to substitute Type V and Type II by Pozzolan Portland Cement (Type IP)

By : Ratmaya Urip

Modul 29 of Cement & Concrete Technology Series:

SUBSTITUTING TYPE II AND TYPE V PC

BY

POZZOLAN PORTLAND CEMENT

(PPC-TYPE IP)


A. TYPE II PORTLAND CEMENT

1. Type II Portland Cement is used where precaution against moderate sulfate

attack is important. With this moderate sulfate attack, Type II Portland Cement can be used in constructions where sulfate concentrations in groundwaters or sea environment are higher than normal but not unusually severe (Table 1).

2. Type II Portland Cement will usually generate less heat at a slower rate than Type I. With this moderate heat of hydration, Type II Portland Cement can be used in structures of considerables mass, such as large piers, heavy abutments, heavy retaining walls, large dams, and other mass concrete. Its’ use will reduce temperature raising, most importantly when the concrete is placed in warm weather.

Note : In British term, Type II Portland Cement is called as

Moderate Sulfate Resistance and Heat Hydration Portland Cement

(MSRHPC)

Requirements :

C3A Maximum 8% (ASTM C 150)

C3S + C3A Maximum 58%

Max Heat Of Hydration 290 kJ/kg at 7 days, 330 kJ/kg at 28 days (ASTM C 186)


CONCLUSION :

  1. Moderate Heat of Hydration can be reached by managing

Heat of Hydration not more than 290 kJ/kg at 7 days and

330 kJ/kg at 28 days (ASTM C 186)

Also can be reached by managing C3A maximum 8%

(ASTM C 150), to reduce heat of hydration

  1. Moderate Sulfate Resistance can be reached by managing

C3A content maximum 8% (ASTM C 150), to reduce

reaction between C3A and Gypsum



B. TYPE V PORTLAND CEMENT

Type V Portland Cement is a sulfate-resisting cement used only in concrete exposed to severe sulfate action, principally where soils or groundwaters have a high sulfate content. Table 1 describes sulfate concentrations require the use of Type V Portland Cement. Low Tricalcium Aluminate (C3A) content, generally 5% or less, is required when high sulfate resistance is needed.


Sulfate Resistance can be reached if :

There is no reaction between Tricalcium Aluminate and Gypsum.

The reaction will form tricalcium aluminate tricalcium sulfate hydrate (ettringite). Ettringite causes micro-crack. Low Tricalcium Aluminate can decrease reaction between Gypsum and Tricalcium Aluminate

3CaO.Al2O3 + 3CaSO4 + 31H2O à 3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O

Note : In British term, Type V Portland Cement is called as

High Sulfate Resistance Portland Cement

Requirements :

C3A Maximum 5% (ASTM C 150)

C4AF + 2(C3A) Maximum 25%


CONCLUSION :

High Sulfate Resistance can be reached by decreasing C3A content until maximum 5% (ASTM C 150), to reduce reaction between C3A and gypsum. Decreasing reaction between C3A and gypsum means reduce ettringite. Ettringite can make concrete swell (expand) and brittle.




C. POZZOLAN PORTLAND CEMENT

Pozzolan Portland Cement (PPC) is produced by PT Semen Gresik (Persero) Tbk to substitude Type II and/or Type V Portland Cement, because Pozzolan PortlandCement is categorized as sulfate resistance and moderate-low heat of
hydration portland cement.

Pozzolan Portland Cement (PPC) produced by PT Semen Gresik (Persero) Tbk is categorised as blended cement Type IP (MS) and has met the requirement of ASTM C 595-03 and/or SNI 15-2049-04.

Pozzolan Portland Cement (PPC) is applicable for constructions in sea water environment with high and medium sulfate attack, and also for construction using mass concrete such as heavy dam or heavy foundation.


PROJECT REFERENCES USING PPC :


1. Sea Water Environment

- Port Of PT Semen Gresik (Persero) Tbk (Tuban, East Java)

- Port of Tanjung Perak (Surabaya, East Java)

- Paiton Steam Power Plant (Situbondo, East Java)

- Tanjung Jati Steam Power Plant (Jepara, Central Java)

- Development of Juanda International Airport (Sidoarjo, East Java)

- Etc.


2. Mass Concrete

- Sampean Baru Dam (Bondowoso, East Java)

- Wonorejo Dam (Malang, East Java)

- Foundation of Westin Hotel (Surabaya, East Java)

- Etc


Sulfate resistance can be reached by pozzolanic reaction as shown in the FLOWCHART-1 ( page 9 ) above or :


2(3CaO.SiO2) + 6H2O à 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 ...... 1)

( 2C3S + 6H à C3S2H3 + 3 CH )

2(2CaO.SiO2) + 4H2O à 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2 .. ..... 2)

(2C2S + 4H à C3S2H3 + CH)

3Cao.Al2O3 + 6H2O à 3CaO.Al2O3.6H2O ...................... 3)

(C3A + 6H à C3AH6)

4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10H2O à 3CaO.Al2O36H2O + 3CaO.Fe2O3.6H2O

(C4AF + 2CH + 10H à C3AH6 + C3FH6) ........... 4)

Sulfate will attack concrete in sulfate environment such as sea environment.

Sulfate attack can be explaned as follows :

1. Sulphat will attack calcium hydroxyde-Ca(OH)2, form gypsum-CaSO42H2O

3MSO4 + 3Ca(OH)2 + 6H2O à 3CaSO4.2H2O + 3M(OH)2 .... 5)
Volume of concrete will swell (expand) 2,2 X

2. Gypsum from 5) will react with calcium aluminat hydrat from 3) form Calcium sulfoaluminat hydrat or ettringite (C3A.3CaSO4.31H2O).

3CaSO4.2H2O + C3AH6 + 19 H2O à C3A.3CaSO4.3H2O ...... 6)

Total of reaction 5) and reaction 6) will accumulate sulfate attack as follows :

3MSO4 + 3Ca(OH)2 + C3AH6 + 25H2O à C3A.3CaSO4.31H2O + 3M(OH)2

……. 7)

Volume of concrete will swell (expand) 2,86 X

Portland Pozzolan Cement (PPC) will reduce sulfate attack, because the content of SiO2 and Al2O3 (pozzolan) in PPC will react with Ca(OH)2 resulted from reaction 1) and reaction 2). So reaction 5), 6), and 7) do not occur.

Ca(OH)2 + SiO2 à CSH

Ca(OH)2 + Al2O3 à CAH

CSH & CAH à

  1. Reduce permeability of concrete (reduce porosity)
  1. Make concrete solid
  2. Make concrete more waterproof
  3. Etc.

2. Moderate-low heat of hydration can be reached by using of pozzolan (especially SiO2 and Al2O3) from PPC

Ca(OH)2 resulted by the above reactions (reaction 1 and reaction 2) will react with pozzolan (SiO2 and Al2O3) from Pozzolan Portland Cement (PPC).

Reaction is slower. Due to the pozzolanic reaction, heat of hydration will be reduced. It will make concrete more solid (increase density). So it will reduce micro crack.



CONCLUSION : Sulfat Attack

Ca(OH)2 produced by reaction 1) and reaction 2) shown in page 15, will react with pozzolan (SiO2 and Al2O3) from PPC. It means reaction 5), reaction 6) and reaction 7) shown in page 16 not happened. So there’s no sulfate attack. Because sulfate can not react with Ca(OH)2 due to the pozzolanic reactivity between Ca(OH)2 with pozzolan (SiO2 and Al2O3) from PPC, form CSH.

Forming CSH will reduce porosity and/or permeability and increase density of concrete. Instead of resistance from sulfate attack, new formed CSH is also resistance from chloride attack. Chloride always attack steel bar in concrete through micro-crack formed due to the sulfate attack and/or through pore of concrete, if there’s no reaction between Ca(OH)2 with pozzolan.


CONCLUSION : Heat Of Hydration

Pozzolanic reactivity will decrease heat of hydration. Reaction between Ca(OH)2 with pozzolan (SiO2 and Al2O3) from PPC make the reaction gets slower.

This will reduce micro crack which make concrete more solid, or increase density, increase chloride attack resistance, decrease porosity and/or permeability and increase workability, etc.

The Advantages of Using PPC :

  1. Improve workability
  2. Lowering heat of hydration
  3. Increase watertightness
  4. Decrease porosity and/or permeability
  5. Increase density
  6. Improve resistance to sulfate attack and sea water
  7. Improve resistance to chloride attack
  8. Reduce alkali-aggregate reaction
  9. Lower susceptibility to dissolution and leaching
  10. Longer time bigger strength
  11. Increase durability

Special information :

Sulfat resistance and decreasing of heat of hydration could reach not only by Pozzolan Portland Cement (PPC) or Type IP, but also by using

SPECIAL BLENDED CEMENT (SBC Type)

Note : For further information and presentation in detail, please contact :

.

Ratmaya Urip

E-mail: ratmayaurip@yahoo.com

KLINIK KONSTRUKSI 7



.

KLINIK KONSTRUKSI 7

.

Pertanyaan Via E-mail :

(dari seseorang yang meminta disembunyikan identitasnya, untuk privasinya)

Pada Ming, 25/10/09, P S menulis:

Dari: P S
Judul: Mohon Info
Kepada: "Ratmaya Urip"
Tanggal: Minggu, 25 Oktober, 2009, 11:21 PM

Halo Pak Urip,Apa kabar?saya sedang butuh info mengenai semen untuk konstruksi di laut. kabarnya hanya semen gresik yg punya produk untuk ini. saya langsung teringat Bapak.

:)sebenarnya, jika kita pake semen biasa untuk konstruksi beton di laut, apa masalahnya.
Pak? bukankah yang penting agar tulangan2 di dalamnya tidak terkena air laut?

Terimakasih sebelumnya,

Pak.Salam,

PS

Mengundang Bapak untuk menjelaskan ttg semen tahan air laut ini akan sangat menyenangkan. Saya jadi punya alasan ketemu Bapak. hehehe....

Btw,kalo mau mengundang Pak Urip menjelaskan di depan Direksi kami,bagaimana caranya ya Pak?

Blog Bapak sudah saya baca dan saya referkan ke Team Leader saya. Kita sama-sama tunggu saja tanggapannya.

Terimakasih banyak atas balasan emailnya Pak.

Salam,

PS

Jawaban Ratmaya Urip:

.

Untuk beton yang akan di cor di laut sebaiknya jangan menggunakan semen biasa atau semen untuk penggunaan umum, atau Semen Type I (“Ordinary Portland Cement”). Kerena Semen Type I memiliki beberapa kekurangan jika harus digunakan di laut, khususnya yang menyangkut keawetannya (“durability”-nya).

Untuk konstruksi di laut sebaiknya memakai Semen Type V, atau dapat juga memakai Semen Portland Pozolan (Pozzolan Portland Cement-PPC), atau Semen Blended Khusus SBC (Special Blended Cement).

Untuk lebih jelasnya periksa ASTM C 150, atau AASHTO M 85, atau CSA A3000.

Di Indonesia, Semen Type V diproduksi oleh PT Semen Padang (Semen Gresik Group), PT Semen Tiga Roda, dan Holcim. Sementara Semen Pozolan (Pozzolan Portland Cement-PPC) diproduksi oleh PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa. Sedang Semen Blended Khusus SBC (Special Blended Cement-SBC) diproduksi oleh PT Semen Gresik, yang contohnya adalah pemakaian untuk Jembatan Suramadu.


Dasar-Dasar Pemahaman tentang Semen Portland

Komposisi mineral utama dalam semen terdiri dari C3S, C2S, C3A, dan C4AF. Di samping mineral-mineral utama tersebut sebenarnya terdapat sejumlah mineral-mineral minor, yang untuk beberapa kondisi dapat kita abaikan perannya. Contoh-contoh mineral minor adalah : C12A7, C2AS, CA2S, CS, C5A, C5A3, C2F, CF, C6A2F, dan lain-lain.

C3S mempunyai sifat yang hampir sama dengan semen, yaitu jika ditambahkan air akan cepat terjadi proses “setting” (pengerasan), dan dalam beberapa jam saja akan mengeras. C3S akan menunjang kekuatan awal dari semen. Panas hidrasi atau panas yang timbul selama proses pengerasan sekitar 245 joule/gram (pada umur 3 hari, dan suhu 21 derajad Celcius) atau sekitar 380 joule/gram (pada umur 28 hari, dan suhu 21 derajad Celcius). Kandungan C3S dalam semen bervariasi antara 35% s/d 55%, dengan rata-rata sekitar 45%.

C2S mempunyai sifat jika ditambah air, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu, meskipun ketika sampai pada kekuatan akhir akan sama dengan C3S. Ini terjadi karena panas hidrasi yang timbul “hanya” sekitar 50 joule/gram (pada umur 3 hari, dan suhu 21 derajad Celcius) atau 105 joule/gram (pada umur 28 hari, dan suhu 21 derajad Celcius). Kandungan C2S pada Semen Portland mempunyai variasi antara 15% s/d 35%, dengan rata-rata sekitar 25%

C3A mempunyai sifat, jika ditambah air akan bereaksi yang menimbulkan panas hidrasi yang cukup tinggi, yaitu 890 joule/gram (pada umur 3 hari, dan suhu 21 derajad Celcius) atau 1380 joule/gram (pada umur 28 hari, dan suhu 21 derajad Celcius). Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetap sangat rendah. Kandungan C3A pada Semen Portland bervariasi 7% s/d 15%.

C4AF mempunyai sifat, jika ditambah air bereaksi dengan cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa menit. Panas hidrasi yang ditimbulkannya 290 joule/gram (pada umur 3 hari, dan suhu 21 derajad Celcius) atau 495 joule/gram (pada umur 28 hari dan suhu 21 derajad Celcius). C4AF juga mempengaruhi warna pada semen, di samping Mg. Kandungan C4AF pada Semn Portland bervariasi 5% s/d 10% dengan rata-rata 8%.

Secara komposit (majemuk) Semen Portland Type I memiliki panas hidrasi 380 joule/gram sesudah 28 hari.

Di samping 4 (empat) mineral utama di atas, masih ditambahkan material lain yaitu GYPSUM, yang diperlukan untuk mengendalikan waktu pengerasan semen. Karena jika tanpa GYPSUM, maka semen akan mengeras lebih cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk pemakaian semen sesuai dengan waktu untuk kebutuhan konstruksinya. Dengan kata lain semen akan segera mengeras sebelum proses pengerjaan dimulai atau proses pengerjaan selesai. Gypsum akan dapat mengendalikan “setting time”, mencegah “flash setting” dan beton menjadi lebih “workable” selama beberapa jam. Di samping itu GYPSUM juga akan meningkatkan “properties” dari semen seperti “grindability”, “sensitivity to storage”, “volume stability” dan “strength”.

GYPSUM harus dibatasi karena gypsum yang berlebihan akan menyebabkan “cracking” dan mengacaukan waktu pengerasan semen. Kandungan gypsum yang kurang akan menyebabkan semen cepat mengeras, sehingga mengganggu pemanfaatan semen. Kandungan gypsum yang optimum akan menghasilkan kekuatan tekan maksimum dan penyusutan minimum. Kandungan gypsum dalam semen sekitar 4%.

Catatan : Penjelasan secara rinci tentang Jenis-jenis Semen dan pemanfaatannya masing-masing, hanya akan diberikan melalui penjelasan tatap muka atau presentasi. Mulai dari bahan baku semen, mix-design semen, cara pembuatan semen, sampai kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis semen akan dijelaskan secara rinci dalam presentasi.

Semen Type V (High Sulfate Resistance Portland Cement – HSRPC)

Semen ini dirancang khusus untuk tahan terhadap serangan sulfat, sekaligus juga tahan terhadap “chloride”. Sehingga cocok untuk penggunaan di laut atau di tempat tertentu yang bukan di lingkungan laut, namun memiliki kandungan sulfat yang tinggi. Misalnya di daerah atau pabrik-pabrik yang penuh dengan limbah dengan kandungan sulfat tinggi, Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL) atau di laboratorium yang penggunaan sulfatnya tinggi.

Mengapa semen atau beton perlu tahan terhadap serangan sulfat, atau juga chloride?

Semen Type V dibuat berbeda dengan Semen Type I dalam hal komposisi mineral tersebut di atas. Dalam hal ini kandungan C3A untuk Semen Type V dikurangi proporsinya jika dibandingkan dengan Semen Type I. Pengurangan C3A dalam semen akan dapat mengurangi terjadinya “cracking”, karena C3A jika bertemu dengan GYPSUM akan terjadi reaksi kimia yang membentuk “ettringite” (3 C3A.3 CaSO4.31H2O). Pembentukan “ettringite” akan berpengaruh pada kenaikan volume, karena “ettringite” memiliki berat jenis yang lebih rendah yaitu 1,73 gr/cm3.

Di samping itu pengurangan C3A akan mengurangi panas hidrasi yang terjadi karena C3A adalah mineral yang akan menimbulkan panas hidrasi yang sangat tinggi. Dengan demikian, proses hidrasi akan berlangsung lebih lambat, sehingga micro crack akan dapat dikurangi. Beton akan lebih padat (density lebih besar, dengan porosity atau permeability lebih rendah), sehingga sulfat yang banyak di lingkungan air laut akan terhambat penetrasinya untuk menyerang tulangan baja yang ada dalam beton.

Jika kita tetap mempertahankan pemakaian Semen Portland Type I di laut, maka di samping akan terjadi pembesaran volume beton dan micro-crack seperti diuraikan di atas, juga beton-nya sendiri akan cepat hancur, karena terjadinya reaksi alkali silika, antara batuan (aggregate) yang ada dalam beton dengan alkali yang terdapat dalam semen.

Untuk diketahui, permintaan untuk Semen Type V tidak begitu tinggi sehingga jarang dijumpai di pasar. Sering kali produksi untuk jenis semen Type V berdasar pada “Job-order” bukan “Mass product seperti halnya produksi Semen Type I (OPC), sehingga pesanannya harus dalam jumlah yang relatif besar, supaya tidak mengganggu pencapaian kapasitas produksi pabrik semen. Karena untuk memproduksi Semen type V biasanya Pabrik Semen terpaksa menghentikan salah satu line produksi yang biasanya memproduksi Semen Type I. Namun akhir-akhir ini permintaan Semen Type V cukup banyak karena adanya pembangunan sejumlah besar PLTU di seluruh Indonesia yang semuanya menggunakan Semen Type V. Sehingga jika diinginkan untuk menggunakan Semen Type V, kemungkinan besar masih cukup tersedia di pabrik (bukan di pasar).

(Catatan : penjelasannya akan lebih mudah dengan peragaan dan presentasi oleh penulis secara tatap muka. Untuk itu penulis siap untuk memberikan presentasi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Silakan hubungi e-mail: ratmayaurip@yahoo.com )


Semen Portland Pozolan (Pozzolan Portland Cement-PPC)

Semen Portland Pozolan (Pozzolan Portland Cement-PPC), yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai PPC, dalam ASTM dikenal sebagai Semen Type IP. Semen ini mengandung sekitar 20% bahan pozolan (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3), baik yang berasal dari pozolan natural yang terdapat di alam seperti tras, pasir silika, pasir kuarsa, tanah liat, dll, maupun bahan pozolan yang berasal dari bahan pozolan artificial, seperti abu terbang (“fly ash”), sebagai pozolan yang diperoleh dari sisa-sisa pembakaran batu bara, khususnya batu bara jenis anthracite maupun bituminous, yang ditangkap dengan sistem Electrostatic Precipitator (EP).

Pozolan yang ditambahkan dalam semen akan dapat mengurangi panas hidrasi (panas yang timbul selama pengerasan semen atau beton), sehingga proses pengerasan semen akan berjalan lebih lambat. Dengan demikian tidak akan terjadi penguapan air secara tiba-tiba, sehingga “crack’ akan dihindari. Semen dan atau beton akan menjadi lebih padat, retak-retak rambut (“micro crack”) akan dihindari, sehingga serangan sulfat akan dapat dihindari pula.

Dengan penambahan pozolan juga akan menangkap Ca(OH)2 yang selalu keluar mengiringi proses pengerasan beton. Sehingga pozolan akan bereaksi dengan Ca(OH)2 membetuk CSH, yang akan menambah kerapatan beton, karena Ca(OH)2 tidak dapat meninggalkan beton yang biasanya menyebabkan porositasnya naik. Dengan kata lain beton akan memiliki density yang lebih tinggi, porositas dan permeabilitasnya rendah, sehingga infiltrasi serangan sulfat dan chloride yang ada dalam air laut akan terhambat, dengan kata lain, baja tulangan yang ada dalam beton akan terhindar dari serangan chloride maupun sulfat.

2(3CaO.SiO2) + 6H2O à 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2

2(2CaO.SiO2) + 4H2O à 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

Ca(OH)2 + SiO2 à CaO.SiO2.nH2O

Di samping itu tanpa tambahan pozolan dalam PPC, akan menyebabkan garam-garam atau senyawa-senyawa sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk gypsum baru, yang ketika bertemu dengan CAH dan CAFH akan membentuk ettringite, yang menyebabkan semen atau beton menjadi membengkak volumenya, sehingga akan terjadi micro crack, yang memudahkan baja tulangan akan korosi, dan pada akhirnya akan menyebabkan “spalling”. (Catatan: reaksi kimia yang terjadi akan dijelaskan dalam presentasi tatap muka, dengan paparan yang lebih mudah untuk dimengerti).

Penambahan pozolan dalam semen juga akan menghindari terjadinya reaksi alkali-silika dalam semen atau beton. Karena alkali yang ada dalam semen akan menyerang tambahan pozolan (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) yang ada dalam PPC, sebelum menyerang SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 yang mendominasi aggregate (batu pecah). Sehingga aggregate (batu pecah) tidak akan keropos karena serangan alkali yang ada dalam semen.

Penambahan pozolan dalam semen juga akan mengindari serangan cloride, karena garam-garam chlorida, khususnya MgCl2 yang terdapat dalam air laut tidak akan bereaksi dengan Ca(OH)2 yang membentuk Mg(OH)2 dan CaCl2, dimana Mg(OH)2 adalah material dengan volume yang besar, yang mengakibatkan semen atau beton dapat mengembang dan akhirnya keropos. Hal ini terjadi karena Ca(OH)2 ditangkap oleh pozolan yang ada dalam Semen Portland Pozolan (Pozzolan Portland Cement-PPC).

MgCl2 + Ca(OH)2 à Mg(OH)2 + CaCl2

Reaksi kimia ini tidak terjadi, karena Ca(OH)2 ditangkap oleh pozolan yang ada dalam PPC.

Semen PPC memiliki kekurangan, yaitu, setting time-nya agak lambat. Dengan kata lain, proses hardening-nya lebih lambat daripada Semen Type I. Hal ini karena dengan adanya kandungan pozolan yang berlebih, menyebabkan panas hidrasi menjadi lebih rendah, sehingga proses pengerasannya menjadi lebih lambat.

Namun keuntungan-keuntungan dengan memakai Semen PPC jauh lebih banyak. Untuk itu silakan ikuti presentasi tatap muka lebih lanjut.


Semen Blended Khusus (Special Blended Cement-SBC)

Semen ini merupakan semen khusus, yang merupakan perbaikan kinerja atau peningkatan kinerja dari Semen PPC.

(Penjelasannya akan disampaikan dalam tulisan tersendiri, atau hanya akan diberikan dalam penjelasan tatap muka atau presentasi tatap muka, karena alasan-alasan khusus. Penulis akan menyampaikan presentasi atas permintaan pihak-pihak yang membutuhkan via : ratmayaurip@yahoo.com )

Jembatan Suramadu telah memakai jenis semen ini untuk pelaksanaan konstruksinya.

ooOo