KLINIK MANAJEMEN Seri - 108
Diasuh Oleh : Ratmaya Urip
===========
KNOWLEDGE MANAGEMENT
Prolog:
Satu
pertanyaan menarik diajukan oleh Ibu BSU dari salah satu perusahaan di
Jabodetabek, yang menanyakan tentang Aplikasi Knowledge Management.
Inilah sharing Ratmaya Urip:
Klinik Manajemen: "KNOWLEDGE MANAGEMENT"
(Jawaban atas Pertanyaan Ibu BSU-akronim)
Oleh: Ratmaya Urip
Ibu BSU (maaf hanya saya sampaikan akronim-nya untuk privasi),
Ibu telah menanyakan tentang "Knowledge Management".
"Knowledge
Management" akan lebih berhasil diterapkan pada organisasi dengan
kemampuan pengelolaan "people" yg sudah menerapkan "Human Capital
Management (HCM)" secara benar. Bukan yg masih menerapkan "Human
Resource Management (HRM)", atau sdh "HCM" namun hanya sebatas nama,
sedang aplikasinya masih "HRM".
Beda antara "HCM" dan "HRM" sudah beberapa kali saya sampaikan di milis ini.
Untuk "reminding", saya kembali akan saya sampaikan secara singkat sbb:
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT (HRM):
Masih
2 dimensi, secara umum hanya berkutat pada pengelolaan
ABILITY/CAPABILITY (skill and knowledge) serta MORAL (attitude and
behavior).
Maka
matrix pengelolaannya hanya dua dimensi. Yang sering disebut The
Iceberg Model atau Model Gunung Es. Dimana Ability adalah bagian yg ada
di atas gunung es, sedang Moral adalah bagian yg ada di bawah gunung es.
Bagi praktisi maupun akademisi Human Resource Management, saya yakin
cukup paham.
Dalam
HRM, Human Resource Frameworknya secara generik biasanya siklusnya
berawal dari Corporate Strategic Business Plan, kemudian di "deploy"
atau di "cascade" menjadi Corporate HR, terus ke bawah lagi menjadi
Planning, Acquiring, Developing, Maintaining, Retaining dst.
Ada
juga yang menggunakan HR Framework dengan siklus lain contohnya:
Corporate Strategic Business Plan di "cascade" atau di "deploy" menjadi
HR Planning, Recruitment, Remuneration, Personal Performance Management,
Competency Development, Discipline Management, Career Movement, dst.
Dalam
HRM, Knowledge Management yg ada lebih berat ke EXPLICIT KNOWLEDGE,
belum begitu mengarah (meskipun ada yg sudah sampai) ke TACIT KNOWLEDGE.
Tentang
apakah itu EXPLICIT KNOWLEDGE atau TACIT KNOWLEDGE, saya yakin Ibu
sudah cukup memahami. Sehingga saya tidak perlu menyampaikan di sini.
HUMAN CAPITAL MANAGEMENT (HCM)
Pengelolaannya
sudah harus 3 dimensi. Di samping 2 dimensi yg ada di HRM yaitu Ability
(skill and knowledge) serta Moral (Attitude and Behavior), wajib ada
dimensi ke-3, yaitu ARTS (creativity/innovation, acceptability,
adabtability/flexibility, dll, yg wajib dapat berkontribusi pada
pencapaian HUMAN CREDITABILITY atau HUMAN HONORABILITY atau HUMAN
RECOGNIZABILITY, sehingga akan benar-benar diperoleh HUMAN VALUE, untuk
dapat disebut sebagai HUMAN ASSET atau bahkan HUMAN CAPITAL, bukan hanya
Human Resource.
Human Capital Framework (HCF) untuk HCM ada penyempurnaan jika dibanding HCF pada HRM
Kaitannya dengan teori The Iceberg Model, masih sama, hanya di sini, pengasuh perlu menambahkan, baha jika selama ini kita hanya fokus pada GUNUNG ES-nya semata, dengan melihatnya pada fisik gunung es yang ada di atas an di bawah permukaan, maka dalam Human Capital Management, faktor lingkungan di sekitar Gunung Es, juga wajib disertakan. Dalam hal ini adalah Laut atau Lautan yang menjadi tumpuan Gunung Es-nya
Laut atau Lautan di sekitar Gunung Es, adalah potensi, yang dapat membuat Gunung Es terbentuk, dapat membuat Gunung Es menjadi lebih besar atau lebih kecil. Tanpa Laut atau Lautan, maka Gunung Es tidak ada apa-apanya.
Dengan demikian, maka pengasuh menambahkan dalam teori yang berkaitan dengan Human Capital Management, sbb:
- Bagian Gunung Es yang ada di atas permukaan mengibaratkan ABILITY (Skill & Knowledge), yang merupakan kemampuan manusia yang dapat diukur, yang pengasuh menyebutnya sebagai Sumbu - X dari suatu bentuk matematis 3 dimensi
- Bagian Gunung Es yang ada di bawah permukaan mengibaratkan MORAL (Attitude &Behavior), yang merupakan perilaku manusia yang lebih sulit diketahui, yang biasanya lebih kompleks dan misterius, yang pengasuh menyebutnya sebagai Sumbu - Y dari suatu bentuk matematis 3 dimensi
- Lingkungan di sekitar Gunung Es, atau LAUT-nya, yang merupakan POTENSI bagi tumbuh kembangnya gunung es, yang dapat ditumbuhkembangkan berdasar lingkungan fisiknya, iklimnya. Pengasuh menyebutnya sebagai ARTS (kemapuan berkreasi, berinovasi, beradaptasi, berubah, dan sebagainya). Pengasuh menyebutnya sebagai Sumbu - Z dari suatu bentuk matematis 3 dimensi
Resultante atau Matrix dari bentuk 3 dimensi tersebut itulah yang kemudian menghasilkan HUMAN VALUE, dan atau HUMAN HONORABILITY
Juga Dalam
HRM mungkin hanya berkorelasi dengan Faktor Produksi 5M atau sampai 7M,
sedang HCM berkorelasi dengan 12 M. Yang saya sebut sebagai Faktor
Kelola. Intip tentang Faktor Kelola atau 12 M ini di Blog saya:
Atau di Blog TMI:
Dalam
12 M, ada 2 M yg wajib sebagai acuan utama bagi HCM, yaitu Manpower dan
MAGNATE. Tapi jangan abaikan 10 M lainnya, karena HCM melingkupi
seluruh M.
Dalam HCM kita juga wajib mengelola FOLLOWERSHIP, tidak hanya LEADERSHIP saja.
¤¤¤¤¤¤¤¤
Sekarang
kita kembali ke pertanyaan Ibu. Tentang Pertanyaan Ibu, aplikasi atau
letak Knowledge Management dalam Organisasi, dapat saya jawab sbb;
Jawaban saya: Tergantung dari beberapa hal. Untuk itu inilah penjelasannya:
1.
Yang paling generik, bentuk saja badan ad-hoc internal atau Tim Task
Force yg bertugas sementara waktu. Seperti halnya jika dilakukan
penerapan awal ISO Series, TQM, 5S, MBNQA, Six-Sigma, TPM, dsb. Ada Tim
Pengarah, Tim Eksekutip dan Supporting Team, dengan Job Desc. yang
jelas.
Setelah
jalan baru nanti diserahterimakan ke unit kerja yang paling tepat
menangani. Dapat ke HCM Department. Atau Departemen Khusus, jika
dipandang bahwa masalah HCM adalah masalah krusiak. Sehingga sampai ada
Direktorat HCGA (Human Capital and General Affair) yang membawahi juga
Knowledge Management.
2. Langsung masuk unit kerja tertentu atau dibentuk unit kerja tertentu, supaya langsung dapat menjiwai.
Yang
pasti tergantung besarnya organisasi, tingkat kepentingannya, dan yang
terpenting tergantung BUSINESS PROCESS-nya. Karena masalah MANNING,
tergantung dari Business Process-nya.
Knowledge Management juga wajib ada KPI-nya.
Untuk penjelasan lebih rinci memang harus saya lakukan dengan tatap muka, karena lebih mudah dijelaskan dengan bagan-bagan.
Salam Manajemen
Ratmaya Urip
Kredo: TEORI tanpa PRAKTEK itu OMONG KOSONG, sedang PRAKTEK tanpa TEORI itu NGAWUR
Rabu, 4 Januari, 2012 05:21
Oleh: Ratmaya Urip
( BERSAMBUNG)
======================== ====
Pak Rky dan Bu Diah,
Terima kasih atas apresiasinya.
Sebenarnya apa yang saya tulis dalam artikel-artikel saya, merupakan sebagian kecil dari aplikasi:
KNOWLEDGE MANAGEMENT.
Roh atau rahim untuk tercapainya "excellences", adalah KNOWLEDGE, baik SCIENCE, TECHNOLOGY, maupun VALUE and CULTURE (termasuk Sosiologi dan Antropologi). Semuanya wajib balance atau dapat terformulasi sebagai MATRIX.
Pola pikir CONVERGEN untuk mencari SOLUSI dan pola pikir DIVERGEN untuk MENGURAI MASALAH adalah formulanya.
Sedapat mungkin dalam pemahaman, teori dan aplikasinya, KNOWLEDGE MANAGEMENT wajib untuk diaplikasikan dengan TACIT KNOWLEDGE. Supaya dalam pengambilan keputusan dapat CEPAT, AKURAT dan
PRESISI. Sehingga kita dapat mengambil keputusan seolah secara INTUITIF, meskipun sebenarnya itu adalah ANALITIS yg dilakukan secara cepat. Atau kita sudah menjadi TACIT. Namun untuk itu memang memerlukan "basic education" yg cukup, "self learning and development", "experiences", "sharing with experts" dan mampu memanfaatkan panca indra secara proporsional dan kontekstual serta mutakhir, serta balancing antara TEORI dan PRAKTEK. Ingat pemeo yg sering saya sampaikan: "TEORI tanpa PRAKTEK itu OMONG KOSONG, sedang PRAKTEK tanpa TEORI itu NGAWUR. Apalagi tanpa TEORI dan/atau PRAKTEK".
Dalam pola pikir dan pola tindak wajib berbekal pemanfaatan pada apa yg disimbolkan sebagai 3 H (Hand,Head,Heart), dan matrix dari 3 I (Implementation,Improvement,Innovation)
Demi tercapainya 3 Q (Quality,Quantity,Quantum) dalam 3 P (Product,Process,People).
Untuk tercapainya TACIT KNOWLEDGE memang harus melalui tahapan awal berupa penguasaan dan pengayaan atas EXPLICIT KNOWLEDGE.
Jadi konklusinya, sebenarnya sangat sederhana, yaitu "managing tacit knowledge after explicit knowledge"
Dan yang terpenting jangan pelit berbagi KNOWLEDGE. Karena Insya Allah, kita akan diberkahi dengan lebih banyak diberikan KNOWLEDGE baru dan mutakhir olehNYA.
Amin.
Salam Manajemen.
Ratmaya Urip.
Note: Mohon menyebutkan sumbernya jika mengutip Artikel ini. Terima Kasih.
Selasa, 4 Januari, 2012 09:05
=============== =====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar