FILOSOFI PANCA INDRA
Oleh: Ratmaya Urip
Pak RZ,
Membaca thread Anda, saya jadi ingat Artikel lama saya, yg berjudul:Serial Filosofi Manajemen 8 thn 1997,
di antara 99 (ingat Asmaul Husna?) Serial Filosofi Manajemen saya, yg kini sedang saya persiapkan dan saya
kumpulkan kembali. Khusus thread Pak RZ tsb saya garis bawahi sbb:
Kita dianugerahi 2 telinga, dan 2 mata sementara kita hanya memiliki "hanya" 1 mulut/lidah. Dengan kata lain,
indra untuk "mendengar" dan untuk "melihat" itu diberi kapasitas "lebih" daripada untuk "berucap" dengan
mulut/lidah kita. Itu apa maknanya?
Jika benak kita tidak banyak terdistorsi oleh adanya seruak onak yg beranak pinak dan berpotensi melahirkan
gejolak, atau hati kita telah mengendap meski dengan jalan mengendap-endap, dan juga hasrat kita yg penuh libido "aku" atau mengusung diri untuk selalu memanjakan "ego" dapat
adalah sebagai berikut:
Jumlah telinga (2) dan mata (2) kita lebih banyak daripada mulut/lidah (1) kita, itu berarti kita sudah dititahkan
untuk lebih banyak "mendengar" dan "melihat" dulu sebelum kita melontarkan serentetan kata, yg biasanya
meluncur lewat mulut/lidah kita. Atau kita sebenarnya sudah diberi pesan untuk berdialog, berkomunikasi,
memberikan pendapat, setelah kita banyak mendengar dan melihat. Atau kita sebaiknya sudah boleh berpendapat,
berbicara,berkomunikasi dengan tepat dan benar, jika kita sudah cukup banyak berbekal "experiences" dari banyak "mendengar" dan "melihat".
Di samping itu dengan 2 (dua) mata, kita dapat menangkap seluruh visualitas kehidupan di sekeliling kita menjadi
lebih stereo, atau berdimensi 3 (tiga), tidak hanya berdimensi 2 (dua). Coba tutup salah satu mata kita,sehingga
kita hanya dapat mempergunakan hanya 1 mata kita, maka kita akan bias, karena lebih linier atau sebidang, bukan
dalam perspektif ruang (stereo yang 3 dimensi)
Demikian juga jika kita hanya menggunakan 1 (satu) di antara 2 (dua) telinga kita, maka yang tertangkap adalah
audio yang mono, tidak dapat menangkap segala pendapat yang stereo, atau yang lebih holistik dan komprehensif.
Naluri dan nurani kita diinginkan untuk peka terhadap lingkungan kita sebelum kita berpendapat dan berkomunikasi
dalam lingkungan yg amat sangat kompleks dan heterogen, dengan lebih banyak bekal, dengan menggunakan indra
"telinga" dan "mata" untuk "mendengar" dan "melihat", dengan mengamati, mengobservasi, membaca, meneliti, dan
menggunakan dasar yg kasat mata. Dengan menambah partisipasi organ lain yg bukan panca indra, dalam hal ini
"benak" "hati", serta anggota badan lain maka akan lebih disempurnakan lagi.
Antogonis, psikopat dan paranoid kadang adalah muara dari keinginan untuk lebih mendahulukan keinginan kita
dengan memanjakan "mulut/lidah" kita, tanpa mau "mendengar" dan "melihat" lingkungan yang penuh aneka ragam
pemikiran dan kehendak.
Mempergunakan mulut/lidah kita tanpa mempergunakan mata dan telinga kita, atau boleh dikatakan, berbicara
dengan mulut/lidah, tanpa berdasar masukan yang lebih banyak dari telinga dan mata kita, akan membuat bias dan
kurang lengkap.
Sampai di sini kita baru bicara 3 (tiga) di antara 5 (lima) panca indra kita. Untuk itu coba kita tengok 2 (dua) indra
lainnya, yaitu: indra perasa/peraba (kulit) dan penciuman (hidung).
Kulit (pangejawantahan dari indra "perasa/peraba") berada di sekujur tubuh kita, dan menjadi ujung "sentuhan" kita
dengan lingkungan luar kita yg paling luas. Itu maknanya, kapasitas kita seharusnya jauh lebih peka dalam "merasakan"
lingkungan di luar kita. Kita telah dibekali kapasitas yang besar untuk mendeteksi lingkungan di luar kita, dengan
kenyataan, bahwa kulit kita yang didukung syaraf kita, sebagai indra perasa/peraba untuk mendeteksi secara mendalam
seluruh masalah diluar tubuh kita dengan luasan yang sangat besar, hampir seluruh permukaan tubuh kita.
Nah apakah kita telah secara benar mendeteksinya?
Yang agak aneh memang hidung kita. Mengapa aneh? Karena jumlah hidung hanya 1 (satu) namun mengapa berlubang 2
(dua). Coba untuk yang ini kita analisis. Ada yang tahu penjabarannya yang sejalan dengan uraian di atas?
Sebelum saya uraikan, mohon masukannya terlebih dahulu.
Yang pasti,kapabilitas kita seharusnya berkembang dengan mengacu pada kapasitas yang termaknai dari jumlah dan jenis
panca indra seperti diuraikan di atas.
Salam Manajemen.
Ratmaya Urip
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar