Selasa, 21 April 2009

LINGGA BINANGKIT

LINGGA BINANGKIT

Oleh : Ratmaya Urip


Pada tengah dekade tujuh puluhan, sampai tengah dekade delapan puluhan, abad ke 20 dan termasuk dalam millenium ke dua, dikenal suatu grup seni Sunda yang disebut dengan nama Lingga Binangkit. Sajian seninya berupa tarian Sunda tradisional yang dimodern-kan. Seluruh artisnya adalah gadis-gadis Sunda pilihan, dalam hal keindahan ragawi (baca: sedap dipandang mata atau cantik sekali) maupun dalam hal kemampuan berolah seni khususnya seni tari dan seni suara. Dalam satu kali penampilan grup seni Lingga Binangkit terdiri dari sekitar 10 orang seniman tari, yang dalam menyajikan tariannya diiringi dengan musik tradisional Jawa Barat. Siapa sih, yang tidak kenal dengan pesona dan julatan kecantikan Mojang-mojang Priangan yang telah meng-Indonesia tersebut? Apalagi Lingga Binangkit adalah tempat bernaungnya mojang-mojang Priangan pilihan.

Grup seni Lingga Binangkit sering mengisi acara-acara hiburan di televisi (waktu itu TVRI belum ada saingannya), dan juga dalam acara-acara kenegaraan seperti mengisi acara kenegaraan Resepsi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, yang biasa diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus malam di ruang terbuka atau taman yang sangat luas di antara istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta.

Pada tanggal 17 Agustus 1977 malam, kebetulan ketika itu penulis masih sangat muda (yang pasti masih single), mendapat kesempatan mengisi acara hiburan dalam rangka Resepsi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka. Kesempatan penulis dapatkan karena ketika itu Paduan Suara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memenangkan Lomba Paduan Suara Tingkat Nasional Antarpropinsi sebagai Juara Pertama. Ketika itu kalau tidak salah, lomba tersebut masih diikuti oleh 26 grup paduan suara propinsi dari seluruh Indonesia (Catatan: ketika itu propinsi Timor Timur baru bergabung dengan Indonesia, sehingga belum dapat mengirimkan wakilnya). Boleh dikatakan bahwa Lomba Paduan Suara Antarpropinsi tersebut dapat dikatakan sebagai PON-nya paduan suara. Benar-benar kerja seni besar, sampai-sampai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) ketika itu Sudharmono (Alm) ditunjuk sebagai Ketua Umumnya. Tingkat finalnya sendiri yang sudah mengerucut menjadi 8 peserta prospinsi, diselenggarakan di Sasana Langen Budaya TMII. Hanya sayang, lomba seperti itu saat ini sudah tidak ada lagi, entah kenapa.

Lomba paduan suaranya sendiri berlangsung selama 2 (dua) minggu yang sangat melelahkan. Apalagi seluruh lawan dari propinsi-propinsi lain sangatlah beratnya. Kemampuan vokal, atau lebih tepatnya kemampuan untuk memadukan segala macam jenis vokal benar-benar harus prima, karena merupakan lomba tingkat nasional antarpropinsi. Kemampuan berartikulasi dengan intonasi (pitch) yang tepat dan phrasering yang benar serta teknik pernafasan yang prima, kemampuan untuk memberikan interpretasi atas lagu wajib dan lagu pilihan, kemampuan untuk memberikan dinamika yang sesuai, dan kemampuan dalam penjiwaan lagu, semuanya harus dikuasai dengan sebaik-baiknya.

Bagaimana kami harus menyanyi dengan legato atau stacato yang benar, bagaimana harus meniti crescendo maupun decrescendo dengan mulus, dan juga bagaimana sepotong kalimat dalam lagu harus diapresiasi dengan pianissimo, mezo piano atau forte dan fortissimo. Attack nada yang tepat atau bagaimana sebaiknya coda untuk sebuah lagu, itu merupakan diskusi kami sepanjang hari. Kalau perlu kami harus menyanyi dengan a-capela. Tentu saja paduan dari suara-suara sopran, mezo sopran, alto, tenor, bariton dan bass harus dapat benar-benar padu, memiliki harmoni yang indah dan dapat menghibur. Harus dapat membangkitkan pesona untuk menggamit atau memicu tumbuhnya apresiasi pendengar atau dewan yuri. Apalagi nama-nama besar Binsar Sitompul, N. Simanungkalit, Iskandar, dan sederet nama besar lain di bidang musik adalah para yuri yang harus memberikan penilaian. Pokoknya seluruh kemampuan teori maupun praktek dalam berolah vokal benar-benar dikerahkan. Beruntunglah aku, karena meskipun bukan alumnus sekolah tinggi musik, namun berbekal kemampuan teori dan praktek bermusik yang cukup, aku terpilih untuk menjadi salah satu anggota kontingen, meski seleksi masuknya sangat ketat.

(Bersambung)

Tidak ada komentar: