Senin, 28 Februari 2011

Prosa Kecil tantang Kehidupan

Catatan tentang Foto:
Ombak sepanjang perjalanan Tanjung Pinang - Batam di suatu sore


Prosa Kecil tentang Kehidupan

Oleh: Ratmaya Urip

Hidup ini seperti ombak yang bergelora di belakang perahu. Sejenak bergelora, dinamis dan turbulent karena sibakan lunas yang membelah air...namun kemudian laut kembali tenang seolah tidak pernah ada perahu yang lewat...begitu tenang, nyaman dan laminer...hanya ada angin laut sumilir yang mendendangkan kidung pagi atau tembang petang. Sekali-sekali memang terjadi badai...namun tidak akan terjadi selamanya

Tanjung Pinang - Kepulauan Riau, 18 Februari 2011


Diskusi

Menanggapi ”Prosa Kecil tentang Kehidupan”

Setelah saya melemparkan tulisan yang berjudul ”Prosa Kecil tentang Kehidupan”, ke beberapa milis, di antaranya milis ”The Managers”, AMA-Surabaya,Indokarlmay, Quality-Network dsb, kemudian muncul Diskusi yang cukup panjang dan menarik. Beberapa kawan di milis ”The Managers” dan milis AMA-Indonesia memberikan ulasannya sebagai berikut:

1. Bpk. Sugeng Triyono

dari milis The Managers, memberi ulasan sebagai berikut:

(From: "sugengtriyono@yahoo.com", Sent: Tue, March 1, 2011 5:14:35 PM)

“Pak Urip, mohon maaf apa yaaa message yang akan di sampaikan ? Apakah hanya gelora hati ? Tks”.

2. Bpk Heriyanto Notoseputro

dari milis The Managers memberi komentar sbb:

(From: Heriyanto Notoseputro, Date: Tue, 1 Mar 2011 04:19:35 -0800 (PST)

Pak Sugeng.
Saya suka dgn prosa kecil pak Urip ini, buat saya beliau ingin memberikan insight hidup yg penuh dinamika ini...dan berani hidup mesti berani menghadapi dinamikanya......saya suka kalee y....

dan saya sadar bahwa tidak semua yg ditulis disini tidak selalu 'nuju prana' setiap,hati kita .. tak selalu klik dgn kita.....tapi inilah proses kehidupan, kita mesti menyikapi bw dilingkungan kita ada yg sedang tumbuh, ada yg sudah berkembang, semuanya benar, kadang kita pada posisi sudah lebih tahu kadang kita mesti sabar menunggu pertumbuhan kita agar bisa 'klik' dgn mereka yg ilmunya, pengalamannya, jam terbangnya lebih banyak yang kadang juga beda dimensi........dan saya memang di posisi yg mesti banyak merenung dan belajar dari pak Urip dan banyak rekan milist manager ini yg jauh lebih muda dari saya.

Just for insight pak....semoga berkenan...

Heriyanto N.

3. Saya, Ratmaya Urip,

(ratmayaurip@yahoo.com, Date: Tue, 1 Mar 2011 13:50:15 +0000)

kemudian me-response tulisan Bpk Heriyanto N. sbb:

Pak Heriyanto Yth,

Interpretasi Bpk jg tepat.
Diam2 ternyata Bpk sekaliber Alm. HB Jasin ya? Ck.ck.ck...saya harus berguru dalam ilmu kritik sastra dr Bpk nih...he.he.he..!

Oh, ya....prosa tsb salah satu yg lahir dlm perjalanan Tanjung Pinang - Batam dengan kapal cepat.

Kebetulan saya duduk di buritan kapal, sehingga sambil corat coret meniti kata...saya menikmati dinamika ombak yg tercipta karena terbelahnya air diterjang haluan kapal, serta putaran baling2 di buritan.

Foto ombaknya sempat saya ambil gambarnya. Begitu indah dan dinamis. Jika Bpk ingin melihat, silakan buka blog saya.

Dalam 1 jam menyeberang Selat Bintan saya menyusun 4 puisi dan 2 prosa.

Baik...trm kasih...salam

Ratmaya Urip

4. Bpk. Sugeng Triyono

kemudian menambahkan catatan:

Yth Pak Urip.

Dalam skala yang lebih kecil, maka laut tidak dalam kondisi tenang, selalu ada gelomabng.

Dalam skala yang lebih besar, misalnya di lihat dari satelit maka laut akan menjadi lebih tenang.

Dalam skala galaksi, maka bumipun seperti noktah kecil yang kusam.

Dalam skala galaksi cluster, apa yang bapak bicarakan tidak ada, invisible.

So ....
Saya belum dapat pesan yang ingin bapak sampaikan, kecuali rangkaian kalimat yang berbunga - bunga.

Mohon maaf.
Sugeng Triyono.

5. Saya, Ratmaya Urip

kemudian memberi penjelasan untuk Bpk. Sugeng Triyono sbb:

LIMA C ( 5-C )
Oleh: Ratmaya Urip

Yg saya hormati dan cintai Bpk Sugeng di manapun berada,

Bapak bukan hanya hebat namun dahsyat.

Saya benar-benar menikmati Fisolofi Bpk. Saya memberikan apresiasi yg tinggi utk Bpk.

Setelah kajian2 yg bersifat Operasional, Taktikal dan Stratejik...kini bak meteor Bpk hadir menyemarakkan milis dlm kajian yang Filosofis. Jadi lengkap sudah milis ini, karena ternyata ada sparing partner spt Bpk yg berpola pikir FILOSOFIS. Benar2 suatu kebanggaan dan saya tersanjung dengan masukan Bpk.

Supaya sistematis dan komprehensif dan integrated maka di bwh ini saya akan menyampaikan pendapat saya. Mohon koreksinya jika saya salah.

1. Pd dasarnya saya selalu memilih kata dan data yg menurut saya tepat dan benar dalam menulis dan berbicara. Apalagi jika itu disajikan di ruang publik seperti milis ini.

Saya selalu berpedoman pd 5-C. Yaitu "Content-Context-Container-Constraints-Communicative". Itu adalah acuan Filosofis saya...kemudian baru saya jabarkan menjadi yg lebih Stratejik-Taktikal maupun Operasional. Maaf, jurus 5-C yg merupakan jurus utk Public Speaking Writing dalam setiap saya "appear" ini sebenarnya jurus saya yg selama ini saya "hide" krn merupakan jurus pamungkas..he.he.he. Namun krn Bpk demikian dahsyat dan saya mencintai milis ini maka saya share-kan di sini. (Namun maaf hak cipta dilindungi undang2. Namun jika ini akan dipergunakan anggota milis...silakan saja..demi kehidupan). Saya berusaha utk tidak pelit utk sharing yg saya kuasai...krn Allah SWT pasti akan memberikan yg lebih baru.

Teori dan praktek harus balance, itulah mengapa saya punya Kredo atau Pemeo yg bbrp kali saya released di milis ini, yaitu: "Teori tanpa Praktek itu Omong Kosong, sementara Praktek tanpa Teori itu Ngawur".

Mari kita mulai dg Acuan Filosofis saya 5-C

1.1. CONTENT

Dlm hal CONTENT saya selalu berusaha agar mengetahui, content-nya dibutuhkan apa tidak dlm lingkungan dan event apapun, termasuk milis ini. Juga content-nya pas apa tidak dengan lingkungan yg akan kita masuki. Saya amat tdk suka jika dalam suatu lingkungan, audiences hanya mengelu-elukan atau memberi apresiasi bahkan memberi "standing ovation" pd ide saya. Utk "balancing" saya selalu menunggu ide lain meskipun itu berseberangan.

Nah...selama ini saya terlena krn Bpk2 dan Ibu2 di milis ini terlalu baik dan sangat santun. Bbrp members memang memberi apresiasi sebagian abstain...namun tdk ada yg seperti Bpk, to the point berseberangan dengan ide saya. Itu saya perlukan spy ada pengayaan bagi wawasan dan pengetahuan saya. Juga supaya saya tdk terlena dan arogan serta tidak dianggap mau menangnya sendiri atau malah dianggap "sok pinter". Saya memberikan kontribusi dlm milis ini semata2 utk sharing atau "menjajakan" ide2. Jika diterima syukurlah. Jika tdk diterima krn ada yg lebih baik...ya silakan. Ibarat marketing, jk jualan tdk laku kan mesti introspeksi diri...dimana kekurangan saya...utk dilakukan continual improvement.

Saya sdh beberapa saat hadir di milis ini...dan mulai "menjajakan" ide2 orisinil saya, setelah saya benar2 memahami "karakter" milis ini.

Dari bbrp observasi saya kemudian memasukkan CONTENT yg menurut saya pas dg "karakter" milis ini. Mohon maaf kpd members jika saya salah dlm mengemas Content saya. Yang pasti saya sdh berusaha agar Content-nya sesuai.

1.2. CONTEXT

Dalam hal Context, saya selalu mencari relation yg up to date.

Sehubungan dengan tulisan saya "Prosa Kecil untuk Kehidupan", saya melontarkan suatu filosofi. Context-nya berawal dr banyaknya bencana di Indonesia ini. Mulai dr Tsunami Aceh-Mentawai, Gempa Yogya-Padang-Tasik, Wasior-Merapi dll. Supaya kita tdk terlalu tenggelam dalam kedukaan yg berlarut2 krn kehidupan masih panjang..marilah kita bangkit. Prosa tsb konteksnya demikian.

Saya sangat merasakan penderitaan akibat bencana tsb, karena saya lahir sampai kuliah di Yogya. Saudara banyak di sana. Ketika terjadi gempa Yogya saya harus pontang panting membantu kakek, nenek, om, tante, keponakan, dll secara moril dan materiil. Prosa saya tsb, sedikit untuk mengilustrasikan diri saya sendiri spy cepat bangkit dan jangan terus2an cengeng. Juga kpd para korban. Demikian juga ketika terjangan awan panas kemarin memorakporandakan tanah kelahiran saya.

Jadi itulah CONTEXT-nya.

Context lainnya adalah satire atas fenomena Indonesia akhir2 ini.
Ribut2 tentang Century, travel cek, Gayus, Crop circle, Nurdin Halid,dll ...itu hanya gelombang atau badai sesaat saja. Krn dari pengalaman akan menguap begitu saja krn jarang yg tuntas. Rakyat sering melupakan seiring berjalannya waktu krn opininya tdk sampai ke yg hakiki atau filosofis.
Krn opininya terbentuk oleh perkasanya informasi dr media.
Kalau kita kan inginnya benar2 tuntas.

Itulah Context kedua

1.3. CONTAINER

Sebagus apapun Content dan Context-nya tanpa kemasan atau CONTAINER yg bagus, kuat dan menarik...maka tidak akan laku.

Container yg saya pergunakan dlm tulisan saya memiliki karakter dan performance spt apa yg dinikmati oleh members spt sekarang ini. Yaitu berupaya untuk santun, cerdas, solutif, kreatif, arif, berkualitas dll. Jika tokh members mengangapnya kampungan, tidak berkualitas atau tidak ada manfaatnya saya juga wajib menerima. Yg penting saya sdh berusaha. He.he.he..maaf kalau saya GR.

Saya sdh berusaha memberikan Container yg karakter dan performance-nya menyesuaikan dg milis ini. Maka ketika saya lupa mencantumkan nama di bagian bawah, sehingga kemudian ditegur Pak Rky saya merasa bersalah krn saya melanggar komitmen, meskipun krn saya benar2 lupa. Pdhl nama saya sdh ada hanya letaknya di bawah judul tulisan.

Krn prinsip "kualitas" adalah memenuhi standar yg ditetapkan, yaitu peraturan milis...maka saya sudah bisa disebut "tidak berkualitas" krn tdk memenuhi standar milis, dengan melupakan menulis nama jelas saya di bag bwh tulisan.

1.4. CONSTRAINT

Setiap kita bertindak, wajib ada Constraint-nya. Di antaranya culture, value, etika, dll.

Demikian juga materi yg saya sampaikan, meskipun Content, Context dan Container bagus, sesuai dan menarik, namun tanpa memahami Constraint-nya akan menjadi bumerang di kemudian hari. Tanpa Constraint saya akan melewati batas2 kepatutan...yg akan membawa kita ke bencana permanen bagi saya.

1.5. COMMUNICATIVE

Ke-empat C di atas akan efektif dicerna oleh audiences jika kita mahir dalam public speaking writing. Utk itu kita harus Communicative. Nah...yang satu ini memang perlu skills khusus. Namun bisa dipelajari. Jangan takut dengan peribahasa kuno: "tong kosong nyaring bunyinya" atau juga "air beriak tanda tak dalam". Yang penting jangan lalu "buruk muka cermin dibelah".

Suara nyaring di jaman sekarang ini sangat diperlukan, karena ide kita tdk akan laku jika kita tdk nyaring dlm menyuarakan. Asal kelima C ini dijalnkan.

Juga kita perlu "beriak" krn kalau tdk, tdk ada yg memperhatikan...asal berpedoman pd 5-C di atas.

2. Ttg masukan Bpk:

2.a. Laut memang bergelombang meski kecil.

Ya itu saya sepakat krn gelombang meski kecil menyimbolkan dinamika jadi tdk statis. Tapi kan tdk membahayakan kehidupan sebagaimana dengan badai yg pasti akan datang meski kemudian berlalu. Juga badai tdk setiap tempat "magnitude" nya sama krn kondisi
geografisnya. Di Teluk Mexico dan Asia Timur badainya besar sekali. Ada Badai Katrina, karina, dan Ike. Badai saja kok diberi nama bagus ya Pak,pdhal merugikan. He.he.he..

2.b. Saya sepakat dengan statement Bpk, tentang kondisi laut jika dilihat dr awang2. Atau Bpk menyebutnya dr satelit dan galaxi.

Tapi kan harus sesuai dengan content, context, container dan constraint-nya. Jika kita selalu skeptis dan pesimis terhadap problem di bumi dengan melihatnya dr jauh dr awang2 bukan malah
mendekat...kan tdk tahu persoalannya.

Kita tdk akan dpt menyelesaikan masalah kehidupan dr awang2. Kita malah harus lebih membumi. Justru manusia menciptakan mikroskop, teleskop, stetoskop itu utk lebih mendekatkan pd obyek bukan malah menjauhkan. Empati dan humaniora akan tiba jika kita mendekati...atau membumi bukan malah melihatnya dr jonggring saloko atau awang2.

Apapun masalahnya termasuk semua C-5 yg telah disampaikan teman2 anggota milis tdk akan ada artinya sm sekali jk semua dilihat dr awang2...bukan malah membumi.

Kasihan Owner, Moderators dan member yg telah bersusah payah membangun milis ini krn dr awang2 tdk ada artinya. Pdhal kalau kita mau mendekat atau membumi, ternyata banyak masalah yg perlu dicari solusinya.

Manusia Indonesia sekarang suka kekerasan dan tdk humanis lg krn memandang segala sesuatu dr jauh.
Dari jauh memang apapun tdk dpt dilihat shg tdk ada getaran empati atau humanisme.

Google Earth justru ingin melihat bumi lebih jelas dg kamera ber-resolusi tinggi spy bisa mendekat shg bs memberi solusi

Contoh lain, foto dr satelit atau dr awang2 bagi geolog diperlukan namun untuk pendugaan awal cadangan mineral atau migas. Namun utk detailnya geolog harus membumi dengan survey lapangan spy solutif.

Ahli biologi jg mendekat ke obyek penelitian dg mikroskop shg kuman2 bisa tampak bukan malah menjauh.

Saya suka juga melihat dr awang2 juga meski tdk dpt dijadikan referensi detail bagi pekerjaan2 engineering.

Manusia selamanya tdk akan dpt melihat dr awang2 kecuali menggunakan alat bantu khusus.

Yang dapat melihat dari awang2 hanyalah Allah SWT. Krn
"Asmaul Husna" yg dalam konteks ini adalah: Yaa Malik, Ya Muhaimin, Ya 'Aziiz, Yaa Jabbaar, Ya Mutakabbir, Yaa Khooliq, Ya Baari-u, Yaa 'Aliim, Yaa Samii', Yaa Bashiir, Yaa Khobiir, dsb.

2.c. Jika Bpk belum mendapat pesan yg saya sampaikan atas Prosa Kecil saya...wajar saja dan saya maklum krn Bpk tdk melihatnya dr Bumi kita tapi dr awang2 seperti yg Bpk tulis. Sementara temen lain, contohnya Pak Heriyanto justru melihatnya dr dekat sekali bukan dr awang2. Perbedaan cara pandang yg sulit dipertemukan krn beda sudut pandang. Biarlah Bpk tetap melihatnya dr awang2, sementara dan beberapa temen tetep membumi. Siapa tahu ada yg sependapat dg Bpk.
Kita tdk usah berdiskusi sambil mulut kita berbuih, krn perbedaan sudut pandang sulit dipertemukan
Biarlah masing2 anggota milis yg mencernanya sesuai dg sudut pandang masing2. Apakah ada manfaatnya atau tidak.

Apalagi anggota milis mayoritas adalah profesional dr aspek Operasional. Kasihan jika harus diganggu dg yg Filosifis.

2.d. Bpk menyampaikan, bahwa Bpk hanya memperoleh rangkaian kalimat yg berbunga2 atas Prosa Kecil saya.

Kalimat tsb adalah CONTAINER saya utk memberikan DIFERENSIASI dan POSiTIONiNG saya dalam rangka penetrasi untuk PERSONAL BRANDING saya.

Apa salahnya dg kalimat berbunga2 ? Kan lebih baik drpd kata2 kotor dan menghujat?

Juga kasihan pd P. Huang, P. Rky, P. Krishnamurti, P. Harry, P. Nurhadi, P. Heriyanto, dan lain2 yg selama ini berkontribusi dg kalimat2 penyejuk yg bijak, pdhal itu adalah karakter beliau yg kuat.

Juga jika kalimat yg indah dilarang paatilah Komite Hadiah Nobel akan melikuidasi Perebutan Hadiah Nobel utk Kesusastran.

Hemingway, J Paul Sastre, Boris Pasternak, Chairil Anwar, St Takdir Alisyahbana, WS Rendra, Taufik Ismail pasti akan sedih krn kehilangan karakternya utk dapat selalu menulis yg indah.

Saya sendiri juga sedih krn tdk dpt lagi meniknati dialog2 indah seperti yg ada dalam film "Only You" dr Helen Hunt, "Walking in the Clouds" dr Keanu Reeves dan "Letters to Juliet".

Saya tdk tahu nantinya karya Shakespeare mesti diapakan krn kata2nya terlalu indah.

Demikian trm kasih Bpk atas koreksi dr Bpk.

Salam hangat

Ratmaya Urip

Rabu, 09 Februari 2011

Serial Filosofi Manajemen (3)


Serial Filosofi Manajemen (3)

FILOSOFI BENANG KUSUT

(TOUSLED YARN PHILOSOPHY)

SOLUSI MANAJEMEN BISNIS DALAM KONDISI KRITIS

Oleh : Ratmaya Urip*)


Seringkali dalam bisnis kita dihadapkan pada kondisi yang bukan lagi as usual. Kondisi itu kini lebih sering terjadi, karena semakin tingginya tingkat persaingan, tuntutan customer, pengaruh politik, ekonomi, sosial, dan budaya global yang sulit bagi para pelaku bisnis untuk menghindarinya. Kondisi chaos, resesi dan atau depresi di suatu tempat dengan cepat akan berimbas pada wilayah lain yang jauh dari sumber masalah. Singkat kata, kini kita sudah selalu harus berhadapan dengan kondisi unusual, yang unpredictable, uncountable, dan hopelessness, yang menjadikan seluruh jurus dari kemampuan visioner, kemampuan manajerial maupun kemampuan teknikal yang ada menjadi tidak berarti, menjadi usang dan menjadi lampau atau bahkan menjadi generik. Teori-teori manajemen apapun menjadi lumpuh ketika harus diaplikasikan.


Dalam kondisi unusual dalam hal ini boleh juga disebut krisis multi dimensi, seluruh resources terkuras habis untuk dapat survive. Hampir seluruh pelaku bisnis menetapkan strategi survival, jarang yang mengambil strategi growth atau diversification. Memang ada bisnis yang tetap growth, namun secara agregat tidak cukup signifikan untuk memberikan kontribusi bagi global growth, regional growth dan national growth. Yang lebih sering terjadi adalah pelaku bisnis terpaksa melakukan liquidation. Sehingga kondisi krisis semakin mencengkeram kuat.


Terinspirasi dari Prof. DR Paul Ormerod dalam The Death of Economics, yang menganalisis tentang boom atau recession dalam suatu perekonomian hanya pada 2 (dua) parameter dasar yaitu unemployment dan inflation yang ternyata cukup ampuh dalam menganalisis Global Depression pada tahun 1930-an dan global oil crisis tahun 1973-1974, maka penulis mengetengahkan Tousled Yarn Philosophy (Filosofi Benang Kusut) sebagai alternatif Solusi Manajemen Bisnis dalam Kondisi Kritis atau Unusual.


Dalam kondisi kritis, seluruh resources terkuras habis, sementara result sering tidak kunjung sesuai dengan harapan. Ini karena dalam kondisi panik, semua distorsi dan degradasi diatasi dan diapresiasi dengan mengerahkan seluruh resources. Padahal kita harus lebih mengedepankan skala prioritas, untuk mengamanan resources yang memang sangat terbatas itu, apalagi dalam situasi yang sangat kritis.


Kondisi chaos atau krisis diibaratkan kondisi benang dalam keadaan kusut yang secara harfiah sulit untuk diurai lagi, sehingga lebih sering kita membuangnya karena useless. Padahal kalau kita tidak panik dan berpikir jernih kita akan dapat mengurai benang kusut tersebut, kembali menjadi useful.


Initial step dalam mengurai benang kusut adalah mencari dua ujung benangnya. Langkah ini merupakan critical activity, karena memberikan kontribusi terbesar bagi keberhasilan yang ingin dicapai. Berangkat dari 2 (dua) ujung benang yang telah ditemukan tersebut kita lakukan langkah penguraian, sampai benangnya lepas dari kondisi kekusutan. Tentu saja dalam penguraian tersebut sering kita jumpai kondisi berupa adanya bagian dari benang yang sangat kusut dan tertali mati, sehingga kita harus mengamputasi dan membuangnya khusus pada bagian yang sulit diurai tersebut dan kita sambung lagi setelah benang yang sulit diurai tersebut dibuang.


Berangkat dari filosofi tersebut penulis mencoba mentransformasikannya sebagai teori atau axioma dan mengaplikasikannya dalam manajemen bisnis yang penulis geluti, dan ternyata hasilnya cukup membanggakan.


Dalam tulisan sebelumnya penulis pernah mengedepankan tulisan tentang Faktor Kelola dan Faktor Kendali dalam Manajemen Mutu Untuk menerapkan filosofi (baca : teori) Benang Kusut, maka penulis mengedepankan lagi masalah Faktor Kelola sebagai acuan dasar yang harus dipilih dan ditetapkan sebagai 2 (dua) ujung benangnya. Initial step berupa pemilihan dan penetapan 2 (dua) faktor dari 12 (sebelas) Faktor Kelola yang paling krusial mempengaruhi atau penyebab dari krisis yang terjadi, itulah critical activity-nya. Kesalahan dalam menetapkan 2 (dua) faktor tersebut akan menyebabkan distorsi. Dengan hanya memilih 2 (dua) faktor saja di antara 12 (sebelas) faktor sebagai prioritas utama penanganan krisis akan sangat menghemat resources yang kita miliki. Setelah 2 faktor yang dipilih dari 12 faktor (komponen Faktor-faktor Kelola) kita tetapkan sebagai initial step, maka kita kemudian harus menguraikan dan mentransformasikannya dalam ujud parameter-parameter di masing-masing faktor. Untuk itu memang dibutuhkan kepiawaian dalam cascading dan deployment masing-masing faktor. Kemampuan analitis maupun intuitif merupakan kunci utama keberhasilan kita. 10 (sepuluh) faktor lain yang kebetulan tidak kita sentuh, secara alami akan mengikuti azas atau efek domino, dengan kata lain akan dapat terseret dan atau terurai masalahnya mengikuti 2 (dua) faktor dominan yang sudah ditetapkan sebagai 2 (dua) ujung benang.


Faktor-faktor Kelola dalam Bisnis


Berangkat dari Production Factors (Faktor-faktor Produksi) yang sering juga disebut sebagai 5 M (Man, Material, Method, Machine, dan Money), penulis kemudian mengedepankan 12 M yang penulis sebut sebagai Managing Factors (Faktor-faktor Kelola), yang merupakan faktor-faktor yang menurut penulis cukup komprehensif untuk disebut sebagai faktor-faktor yang dibutuhkan dalam pengelolaan bisnis. Faktor-faktor kelola penulis susun secara hierarchies, tidak boleh dibolak-balik. Dari 2 (dua) faktor di antara 12 (sebelas) faktor inilah yang harus ditetapkan sebagai Main Factors dalam Initial Step yang telah disebutkan di atas. Adapun Faktor-faktor Kelola (12 M) yang penulis maksud adalah :


1. Milieu

Parameter-parameternya adalah : stakeholder satisfaction index, ambang batas yang diijinkan baik fisik maupun Ipoleksosbud dari lingkungan, derajad antropologi bisnisdari lingkungan, dan lain-lain.


2. Market

Parameter-parameter dasar yang dapat dikembangkan adalah : sales progress, sales scorecard, customer satisfaction index, customer loyalty index, customer complaint, cost performance index, quotation success ratio, profitability, dan lain-lain.


3. Money

Adapun parameter-parameternya adalah : cost index, revenue, short-term liquidity ratios, capital structure and long-term solvency ratios, return on investment ratios, operating performance ratios, assets utilization ratios, profitability, dan lain-lain.


4. Management

Parameter-parameternya adalah : audit reports, management review, PMS, performance review, regular evaluations, dan lain-lain.


5. Manpower

Parameter-parameternya adalah : employee productivity index, man-hours per quantity, sales/staff, profit/staff, communication skill, competencies, dan lain-lain.


6. Motivation

Parameter-parameternya memang masih perlu kajian yang lebih intens. Untuk sementara yang dapat diketengahkan adalah : employee satisfaction index, attitude-behavioral index, leadership-followership ability, employee scorecard, dan lain-lain.


7. Material

Parameter-parameternya adalah : cost of quality, materials rejected rate, effectiveness, efficiency, material costs per quantity, material costs per revenue, dan lain-lain.


8. Machine and Mechanization

Parameter-parameternya adalah : equipment availability per performance, equipment breakdown time, maintenance cost per quantity, operation cost per quantity, effectiveness, efficiency, dan lain-lain


9. Measurement

Parameter-parameternya adalah : semua parameter yang ditetapkan dalam setiap faktor yang ada dalam Faktor-faktor Kelola ( 12 M ). Seluruh parameter harus dapat berguna untuk evaluasi, penyusunan strategi, dan decision making


10. Modern Information Method

Parameter-parameter untuk faktor ini masih belum dapat diajukan. Akan disampaikan dalam tatap muka.


11. Mounting Product Requirement

Parameter-parameternyapun belum dapat diajukan seperti halnya faktor ke sepuluh.


12. Magnate

Parameter untuk faktor ini belum dapat diajukan, seperti halnya fakor ke sepuluh.

Faktor ini sebenarnya merupakan extensi dari faktor ke-5 Manpower, namun lebih ke aplikasi atau parameter-parameter yang lebih stratejik dan taktikal, sementara dalam faktor Manpower di atas lebih kepada parameter yang operasional. Mengapa dipisahkan? Karena people dalam gelombang ke-empat peradaban manusia, yaitu era creativity, environment, dan culture, memerlukan ketangguhan people yang sangat prima. People merupakan faktor yang paling menentukan dalam mengolah resources dan menjalankan sistem. Apalagi era-nya sudah bukan era Human Resource Management, namun sudah masuk ke era Human Capital Management, yang matriksnya bukan dua dimensi lagi, tetapi tiga atau empat dimensi. (Catatan: tentang dimensi ini sudah dijelaskan dalam tulisan-tulisan sebelumnya).


Tentu saja dalam aplikasinya artikel ini perlu ditindaklanjuti dengan workshop atau pelatihan secara intensif, karena Tousled Yarn Philosophy disamping memerlukan kemampuan analitis dan intuitif juga memerlukan kemampuan cascading dan atau deployment yang dalam, karena pijakannya di samping berbasis pada Operational Excellence, juga sekaligus berbasis Innovation Excellence. Meskipun salah satu dari keduanya dapat saja diabaikan, tergantung dari jenis bisnisnya.


Penggunaan salah satu dari Institutional Performance Management, seperti the Balanced Scorecard dari Harvard, Amerika Serikat (1992), Prism dari Cambridge, Inggris (2002), Key Performance Indicator Manual dari Australia (1995), ISO series yang diprakarsai WTO (1986), Malcolm Baldridge National Quality Award dari Amerika Serikat (1987), Activity Based Management dari Amerika Serikat (1996), Good Corporate Governance, dan sebagainya, sangat dianjurkan. Bahkan Six Sigma, sebuah metode pengendalian kualitas produk yang semula berangkat dari pengendalian kualitas statistik di level lantai pabrik (shop floor), saat ini sudah memasuki area perbaikan kinerja di level stratejik dan organisasi.


Tentu saja penggunaan software dalam mengolah Key Performance Indicators (KPI), akan lebih cepat jika memanfaatkan software, seperti Super Decision, atau Expert Choice, dll.


Salam Manajemen

Ratmaya Urip

=========================================

*) Ratmaya Urip, adalah pemerhati, pelaku serta konsultan untuk berbagai aktifitas stratejik, manajerial, taktikal, dan operasional di bisnis industri & jasa bidang manufaktur, konstruksi dan pertambangan. Saat ini adalah Wakil Ketua Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA-Indonesia) Cabang Surabaya, Pembina & Pendiri Quality Network Indonesia Chapter Jawa Timur, dan Ketua Ikatan Ahli Pracetak-Prategang Indonesia Cabang Jatim. Selain itu adalah Host dan co-Producer di Radio Suara Surabaya 100FM (www.suarasurabaya.net klik online atau on demand) selama 16 tahun untuk “weekly program”: “Solusi Manajemen Bisnis”/”Smart Solution”


ooOoo




Selasa, 08 Februari 2011

Serial Filosofi Manajemen (2)


Serial Filosofi Manajemen (2)

Serial Filosofi Manajemen (2)

FILOSOFI CINTA

Love is a Function of Mathematics

(L = PxS / DxT)

Oleh: Ratmaya Urip*)


Maaf Bpk. Heriyanto Notoseputro dan Bpk. Thomas Nick, saya agak terlambat menyampaikan jawaban atas apresiasi Bpk tentang formula saya, bahwa Cinta itu Fungsi Matematik. Maka melanjutkan penjelasan saya, yang merupakan response atas email dari Bpk Heriyanto Notoseputro dan Bpk Thomas Nick di milis (undercover_manager@yahoogroups.com) atau “The Manager” ini, di bawah thread: “Suami dan Gadis Penggoda”, joke yang pada awalnya di-released oleh Bpk Patrick Reddington, berikut ini akan saya lanjutkan penjelasan saya. Namun supaya lengkap, saya juga akan menyertakan penjelasan saya sebelumnya. Terima kasih kepada Bpk Heriyanto dan Bpk Thomas atas response-nya.


1. Love is a Function of Mathematics

Sebelumnya saya telah menyampaikan, bahwa “Cinta itu Fungsi Matematik” (Love is Function of Mathematics), yang mengikuti rumus atau formula L = PxS / DxT. (Notes: L = Love, P = Power, S = Speed, D = Distance, T = Time). Jika dinarasikan: “LOVE berbanding lurus dengan POWER dan SPEED, namun berbanding terbalik dengan DISTANCE dan TIME)”. Maaf, sengaja tidak saya tambahkan imbuhan konstanta alpha, beta, atau gamma, seperti fungsi matematik pada umumnya, supaya mudah dicerna. Untuk itu mohon maaf kepada para ahli matematika atas kelancangan saya).


Karena saya bicara tentang keuniversalan, maka sebagai PROLOG, saya ingin memberi batasan, bahwa yang dimaksud dengan LOVE di sini merupakan LOVE yang hanya berdimensi hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia atau hubungan horizontal), bukan yang berdimensi hablumminalloh (hubungan manusia dengan Sang Pencipta atau hubungan vertikal), karena saya bukan ahlinya. Itupun terbatas hanya pada perspektif hubungan antarmanusia yang berlainan jenis yang menginginkan dan atau sedang dalam pelukan LOVE. Tidak termasuk hubungan manusia (baca: LOVE) dengan keluarganya, pekerjaannya, lingkungannya, machluk hidup lainnya, negaranya, dan lain-lain. Apakah rumus tersebut berlaku juga untuk dimensi atau perspektif yang lain? saya belum membuktikannya! Yang pasti tulisan ini hanya sebagai response keterkejutan saya pada cerita tentang “Suami dan Gadis Penggoda”, karena sikap suami seperti yang ditunjukkan dalam cerita tersebut merupakan barang langka yang dapat disebut antique. Sekaligus untuk merefleksikan kekaguman saya pada si “suami”.

Bagaimanapun juga, cerita tersebut sangat “inspiring”, “motivating”, “energizing”, “exciting”, “interesting”, and “fascinating” bagi saya. Semoga juga bagi anggota milis lainnya. Dengan kata lain, semoga formula atau rumus saya tersebut dapat terpatahkan dan terhempas keras oleh waktu dan sikap moral yang positif.


Jangan salah, LOVE mempunyai infrastruktur yang bersifat rasional, emosional, dan spiritual, yang berinteraksi secara proaktif, bukannya reaktif. Ketiganya membentuk bauran seperti halnya bauran pemasaran (marketing mix) 4P. Hanya kalau LOVE memiliki 3 (tiga) elemen pokok yang akronimnya adalah RES, sementara bauran pemasaran memiliki 4 (empat) elemen inti 4P. Sehingga dapat disusun matrix-nya, atau dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Analytical Network Process (AHP) dari Saaty, baik yang menggunakan software seperti Expert Choice maupun Super Decision.


Perlu diingat dan dipahami, kalau kita bicara spiritual, itu bukan berarti hanya menyangkut bersujud ke arah kiblat di atas sajadah ke haribaan Allah Swt, berlapar-lapar puasa di bulan Ramadhan, dll. Serta juga bukan hanya bernyanyi menyenandungkan kidung doa dengan berjajar menghadap altar serta menerima “altar cake” dari Romo atau Pendeta, menyalakan hio dan dupa di antara lilin-lilin di dalam pagoda, menabur kembang di pura untuk Hyang Widi Wasa, merintih di depan tembok ratapan, dan ritual-ritual keagamaan lainnya, karena ibadah memiliki esensi tidak hanya vertikal, namun juga horizontal. Sementara esensi taqwa adalah berserah diri kepada Yang Maha Esa, untuk kemaslahatan vertikal maupun horisontal. (Mohon maaf Bpk Kyai, kalau saya salah, karena saya hanya santri diniyah, belum ibtidaiyah, apalagi tsanawiyah atau aliyah, mohon diluruskan jika pemahaman saya salah).


Tentang rasional, emosional, dan spiritual (RES), ternyata juga dipakai dalam Ilmu Pemasaran, hanya bedanya di Pemasaran tersusun secara hierarkis. Dimana customer diharapkan oleh producer untuk dapat memiliki spiritualisme dalam memenuhi kebutuhan atas produk dan jasanya, tidak hanya sekedar emosionalisme, apalagi rasionalisme. Maaf, kepada para pakar Pemasaran, mohon diingatkan kalau saya salah, saya cuma cantrik yang sedang nyuwito atau ngenger di Padepokan (He.he.he..saya jadi ingat peri laku Pailul, yang mirip saya, mendampingi sahabatnya, Panji Koming, yang serba salah ketika sowan ke hadapan Sang Begawan, karena ingat Ni Dyah Gembili, pacarnya, yang mungkin sedang bersama Ni Woro Ciblon, dalam serial strip komik Panji Koming & Pailul karya Dwi Koendoro sejak 14 Oktober 1979 di KOMPAS Minggu). Di Padepokan untuk ngangsu kawruh dengan maksud supaya dapat memiliki ngelmu kang linuwih, karena saya belum dan bukan apa-apa, saya hanya sudro, utawi pidak pedarakan ingkang ngelak ing ngelmu. Amargi ngangsu kawruh salaminipun gesang punika saged anglanggengaken pasederekan lan njangkah ing margining ngagesang ingkang tuhu). Tentang hal ini biarlah nanti beliau-beliau yang ahli Pemasaran yang dapat menjelaskan. Saya sedang dalam posisi untuk belum memiliki kompetensi yang cukup tentang hal ini. Hanya tahu sedikit-sedikit, sekedar pancingan agar ahlinya yang bicara. Mencoba untuk lebih intens dalam berinteraksi di milis ini. (Maaf pakai Bahasa Jawa Krama Inggil, mencoba untuk menapaktilasi peninggalan Ki Hajar Dewantara yang abadi: “Ing ngarsa sung tulada,Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”, filosofi yang sampai sekarang masih menjadi rujukan di berbagai bidang, termasuk bidang manajemen)


Baiklah, supaya prolog-nya tidak “nggladrah sa wiyah-wiyah” atau berkepanjangan, berikut ini akan saya sampaikan equation-nya seperti yang diminta oleh Bpk Heriyanto dan Bpk. Thomas:


2. Mengelola Cinta adalah Investasi

Saya akan mulai dari statement, bahwa mengelola Cinta itu adalah suatu INVESTASI. Maaf jika statement ini agak materialistik. (Catatan: menurut saya kita memang harus materialistik asal proporsional. Bayi dalam kandungan saja perlu nutrisi/materi untuk dapat melanjutkan tumbuh-kembangnya di kandungan. Semua machluk hidup perlu materi berupa unsur hara atau nutrisi. Asal proporsional jangan RAKUSional atau TAMAKional). Demikian juga Cinta (LOVE) jangan berlebihan.


Cinta atau LOVE (L) memang dapat dianalisis dari berbagai aspek di antaranya aspek ekonomi, budaya, knowledge (matematika, fisika, geologi, komunikasi, psychologi, dll), agama, manajemen, dll.. Tentang hal ini akan saya masukkan dalam SERIAL FILOSOFI MANAJEMEN, yang serial pertamanya sudah meluncur di milis ini dengan judul FILOSOFI MUSIK. Tentang LOVE, masuk dalam serial tersebut dengan topik FILOSOFI CINTA. Jumlah serialnya sendiri direncanakan mendekati jumlah ASMAUL HUSNA, karena saya amat mengagumi kebesaran Allah Swt, dan semua yang saya tulis semata-mata karenaNYA. Tapi akan ditulis secara populer dan universal. Musik, cinta, tukang kayu, makanan, dan lain-lain itu universal kan?


Sebenarnya sebelum ini ada issue yang sangat menarik di milis ini, yaitu tentang Manajemen Konflik, yang mengilhami saya untuk menulis tentang Filosofi Konflik, namun ternyata lebih dulu menulis tentang LOVE, yang muncul karena terinspirasi oleh cerita tentang “Suami dan Gadis Penggoda”, sehingga perbendaharaan formula/rumus lama saya muncul kembali. Saya jadi ingat pemeo saya: “kesempatan tanpa persiapan tidak akan menjadi ‘luck’, sementara persiapan tanpa kesempatan juga akan terbuang dengan percuma, tidak akan menjadi ‘luck’”. Kebetulan saya telah ada persiapan berupa formula atau rumus matematik tentang LOVE, sementara “kesempatan baik” tiba-tiba muncul seiring hadirnya joke “Suami dan Gadis Penggoda”. Padahal serial lainnya sudah lebih dahulu siap edar. Momentum kan perlu dimaknai dan dimanfaatkan secara lebih, bukan? Ini namanya kesempatan, yang kebetulan saya sudah ada persiapan, meskipun sudah lama, dan boleh juga disebut persiapan yang basi. Jadilah “luck” karena menginspirasi saya untuk menulis serial ini.


3. Love Versus Power

CINTA dalam kajian matematika kan perlu ada penjelasan dan solusi matematisnya. Kalau mau bersusah-susah sedikit untuk jeli, apapun sebenarnya dpt dikaji secara matematis. Krn kebetulan latar belakang pendidikan saya adalah ilmu exact yg terdampar di dunia manajemen. Orang exact pd umumnya memiliki pola pikir CONVERGEN, krn selalu mempermudah segala sesuatu yg sulit, shg mereka selalu menggunakan formula atau rumus2 jk ingin mendapatkan solusi atas suatu masalah. Contohnya: Einstein merumuskan masalah rumit dlm ilmu fisika "hanya" dengan teori relatifitasnya E=mc2. Begitu pula dg Phytagoras, Archimedes, Kepler, Newton, dll. Hanya mereka kan memang bergelut di bidang yg exact. Jarang sekali fenomena sosial yg solusinya dilakukan dengan pendekatan secara exact. Maka ttg LOVE, saya mencoba utk mencari formulasinya secara matematis, meskipun lebih mudah mengkajinya secara fisis maupun biologis.


Sementara teman2 dr bidang non-exact lebih cenderung ke pola pikir DIVERGEN, maaf, lebih cenderung memperdalam apa yg sebenarnya sederhana. Contohnya: Pancasila yg jumlahnya lima itu dikaji sampai dalam sekali. Saya sendiri suka berpola pikir CONVERGEN maupun DIVERGEN, spy balance, dan tergantung masalahnya


Kembali ke pokok bahasan. LOVE (L) berbanding lurus dg POWER (P), krn L akan mudah didapat oleh orang yg memiliki P besar. P melambangkan status sosial, kekayaan, dll. Memang ada perkecualian, namun tidak banyak. Jika diteliti dugaan saya mengikuti kurva lonceng GAUSS. Ordinary, LOVE memiliki pangsa sekitar 80%. Sementara yg extra-ordinary, baik yg superior maupun inferior memiliki kans 20% dr kajian statistik. Ini hipotesis saya. Uji hipotesisnya, maaf tdk dpt saya sampaikan krn menyita tempat. Sebagai ilustrasi memang ada LOVE yg berhasil yang terjadi tapi merupakan anomali dr formula saya, tp jumlahnya tdk banyak, dimana LOVE dinikmati oleh mereka yg P-nya kurang. Kalau tokh kelihatan banyak itu krn terobsesi oleh dongeng-dongeng Cinderella-Sang Pangeran, Romeo-Juliet, Raramendut-Pranacitra, Layonsari-Jayaprana, Saidjah-Adinda, Siti Nurbaya-Syamsul Bahri, Panji Semirang, dll. Kalau tokh saya harus memberikan apresiasi saya akan memberikannya pd LOVE yg berkibar pd diri Widyawati-Sophan Sophian dan Setyawati-Prabu Salya dlm epos Bharatayudha. Tapi itu kan sample utk mendukung formula saya. Krn terjadi pd mereka yg sama2 memiliki P yg besar?


4. Love Versus Speed

Dalam persaingan apapun, termasuk dalam mendapatkan Love, pasti berlaku hukum ”siapa cepat dia akan lebih berpotensi untuk dapat”. Jika tidak ada upaya yang serius dengan kecepatan (kelajuan) yang prima untuk mendapatkannya pasti akan kalah dengan kompetitor. Orang yang ingin mendapatkan Love, tetapi tidak menunjukkan keinginannya sama sekali secara lebih cepat, atau malah ragu-ragu untuk ”menembak” (istilah anak muda jaman mutakhir untuk menyatakan cinta), maka dia akan membuat yang ”ditembak” akan bingung, dan akan memilih yang lebih pasti dan lebih cepat. Saya kira tentang hal ini tidak perlu penjelasan lebih lanjut, karena mudah dipahami. Sebenarnya ada aspek lainnya di samping speed (kelajuan atau kecepatan) yaitu acceleration (percepatan), namun hipotesis saya belum sampai ke sana.


Menanggapi masukan Bpk. Thomas Nick, memang benar bahwa Speed itu Distance / Time. karena Speed, Distance, dan Time terhubung secara linear, namun itu jika kita bicara secara ilmu exact murni, dimana pola pikirnya memang wajib CONVERGEN. Tapi yang dibahas ini bukan ilmu exact namun non-exact, sehingga mau tidak mau kita wajib ber”mindset” DIVERGEN, sehingga saya belum sependapat jika equation awal bisa di nyatakan dalam dua variabel bebas saja, yaitu P dan kuadrat dari T, seperti masukan Bpk. Thomas. (Maaf, kebetulan salah satu pendidikan saya adalah dari disiplin ilmu Teknik Sipil, di samping ilmu2 dengan disiplin lain, baik yang exact maupun non-exact, sehingga tidak perlu bertanya kepada temen2 dari Teknik Sipil seperti masukan Bapak. Juga karena saya juga memiliki basis pendidikan non-exact, maka pola pikir saya selalu variatif, kapan diperlukan CONVERGEN, kapan diperlukan DIVERGEN, itulah biangnya. Yang penting kedua pola pikir tersebut dapat memberikan solusi yang cepat, efektif dan efisien, dan benar-benar dapat dipahami dan disepakati). Btw, sangat menarik apa yang Bpk sampaikan sebagai masukan. Masukan Bpk sangat inspiring, energizing, empowering, motivating, exiting, fascinating, exciting and interesting. Karena tiba-tiba kemudian saya mulai berpikir tentang formula dalam Ilmu Teknik Sipil lainnya, khususnya Hidrolika atau Mekanika Fluida yang dapat diformulakan sebagai formula Love juga. Yaitu tentang Formula Debit Air, Q = A x S (Debit, berbanding lurus dengan Luas/Area penampang dan Kecepatan/Speed) serta Formula kedua, Q = V / T (Debit, berbanding lurus dengan Volume, namun berbanding terbalik dengan Waktu/Time). Ini sangat dekat untuk menjabarkan tentang Love. Coba saya akan membuktikannya. Tentu saja saya akan mebuat hipotesisnya, untuk diuji hipotesis.


5. Love Versus Distance

Distance atau jarak, merupakan aspek ketiga yang perlu dicermati. Jujur saja, jika kita memiliki Love, namun memiliki Distance yang besar, sangat rawan terhadap distorsi. Godaan banyak sekali yang menerpa. Jika Distance semakin besar sehingga kesempatan untuk menjadi dekat menjadi lebih sulit, misalnya Distance-nya sampai antar-negara atau antar-benua, kesempatan godaan untuk masuk besar sekali, yang ujung-ujungnya akan membuat Love berpaling jika tidak kuat menghadapi godaan. Kasus tentang hal ini cukup banyak. Yang paling fenomenal adalah banyaknya TKW yang sudah bersuami, yang mengandung anak di luar nikah dengan yang bukan pasangannya di negara tempat dia bekerja, atau banyaknya kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh para istri yang suaminya menjadi TKI di luar negeri, karena menisbikan Love. Mana kuat bagi kebanyakan lelaki jika melihat ada wanita sendirian, jika tanpa dibekali Love atau iman yang kuat. Kasus terakhir, seorang Kapolsek di Jatim digerebeg massa, karena berhubungan dengan wanita yang ditinggal suaminya bekerja sebagai TKI di luar negeri. Belum lagi kasus-kasus yang lain. Pada intinya, semakin jauh Distance, sehingga semakin jarang tatap muka akan lebih sering mengkhianati Love. Dengan kata lain, jika Distance semakin besar, maka Love akan mengecil, atau Love berbanding terbalik dengan Distance.


6. Love Versus Time

Marilah kita jujur. Jika usia perkawinan kita semakin panjang (Time semakin besar), apakah Love kita kepada pasangan kita akan sama magnitute-nya atau besarannya? Ada pemeo yang mengatakan, bahwa jika semakin lama berumah tangga, maka pasangan kita akan semakin dipandang sebagai saudara. Sehingga sex menjadi membosankan Usia rawan bagi perkawinan konon adalah di atas 5 (lima) tahun, karena Love mulai menurun, sehingga rawan terjadi godaan. Memang benar ada pemeo Jawa yang sangat populer: ”witing tresna jalaran saka kulina”, itu jika kita baru mulai memasuki pendekatan untuk mendapatkan Love, atau PROLOG-nya. Tapi pada episode EPILOG, menurut saya, pemeo-nya berubah menjadi: ”witing bubrah jalaran saka mlumah”, karena semakin kita memiliki Time yang panjang, maka sex dengan pasangan semakin membosankan (sex di sini untuk euphemisme, di notasikan dengan kata ”mlumah”). Maka banyak sekali kasus pasangan yang kemudian selingkuh. Ingat, sex adalah kelengkapan atau kesempurnaan Love. Love diakui atau tidak, akan lebih lengkap jika disempurnakan dengan sex. (seperti halnya ”Empat Sehat Lima Sempurna”). Apalagi karena tuntutan yang sangat manusiawi, bahwa sex memiliki fungsi regenerasi atau reproduksi, di samping fungsi rekreasi dan retardasi. Sex yang menyimpang yang tidak didasari Love, hanya berbasis nafsu semata memang banyak, namun itu bukan Love,. karena tidak didasari iman yang kuat. Apalagi jika dari sisi wanita tidak dibekali ”real Love”, hanya dibekali atau modal ingin dapat melakukan Mo-Limo (Lima-M): Macak, Masak, Manak, Mangan, Mlumah), yang kemudian prianya juga hanya berbekal Mo-Limo (Lima-M): Main, Madon, Minum, Madat, dan Maling.


Dengan kata lain, konklusinya Love semakin mengecil jika Time membesar, atau Love berbanding terbalik dengan Time.


Bpk Thomas Nick menyampaikan: ”That's why banyak pasangan yang setelah pensiun dan akhirnya spend waktu bersama yang lebih banyak (proximity) dan melakukan sesuatu yang disukai bersama (familiarity) merasakan jatuh cinta untuk kedua kalinya”. Itu memang benar. Tapi ingat, bahwa itu terjadi setelah pensiun. Bagaimana jika sebelum pensiun dan masih muda, namun memiliki Time yang panjang dengan Love-nya? Usia pensiun memang membuat ”familiarity” bertambah karena kesepian ditinggal anak-anak yang sudah berumah tangga, juga karena aktifitas menjadi berkurang. Sehingga Love sering muncul, namun konteksnya lebih ke konteks Love bukan sebagaimana Love antar-pasangan lain jenis, namun Love dengan dimensi lain, dimana pasangan sudah kita anggap sebagai saudara, atau sebagai keluarga. Ingat, di depan sudah saya sampaikan, bahwa Love dalam formula saya, adalah Love khusus untuk hubungan antar lawan jenis. Juga ingat fenomena puber kedua, puber ketiga, puber keempat, dan seterusnya, yang lebih dikonotasikan pada ”kegenitan” bukan kepada pasangan kita, yang seolah-olah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang umum. Itu jika kita mau jujur. Coba simak, atau tanyakan ke lembaga-lembaga perkawinan, atau psycholog perkawinan, tentang fenomena ini. Data terbesar tentang maraknya perceraian memang terjadi karena Power (ekonomi) yang lemah, namun data tentang adanya perceraian karena Distance atau Time yang besar merupakan ”invisible case” atau ”silence data”.


Itulah kemudian saya mencoba memperkenalkan formula: L = P x S / D x T. Namun demikian, karena formula tersebut masih uji publik, maka saya sangat mengharapkan masukannya, karena memang belum tentu benar.


Terima kasih.

Wass.

Ratmaya Urip

====================================


REFERENSI:

Dalam milis undercover_manager@yahoogroups.com atau The Manager, oleh Bpk. Patrick Reddington, diluncurkan sebuah joke sebagai berikut:


On 1/24/11, Patrick Reddington <gracechild88@gmail.com> wrote:
Sebuah kisah yg bagus utk di baca :D


**seorang Suami(S) dan Gadis penggoda(G): mereka kenal di sebuah
kantin komplex perkantoran, setelah tukar pin, esoknya si gadis mulai
bbm,


G:Mas hebat ya... Punya usaha sendiri, sukses pula(y),


S:terima kasih ya:).


Esoknya, G menelpon S, sekedar say hallo, kapan
ya mas, kita makan bareng lagi?


S:Oke kapan saja boleh:) .


Setelah itu mereka masih sering berhubungan melalui BBM n telepon, sesekali juga janjian pergi makan siang bersama. Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara mereka.


Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya adalah :”Mas... Sebenarnya aku mencintaimu, aku tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau menerima kondisi sebagai isteri ke2, aku siap mas... dan maaf aku mengganggu perasaanmu...


Dengan berat hati S menjawab: Dik, aku mengerti dan paham maksudmu...:( tapi dengan berat hati aku harus jawab tidak!(y) , aku tau kamu memang cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik. Tapi... taukah kamu kenapa aku bisa tampil baik dan sukses usahaku..., itu semua karena dorongan dan semangat istriku... sungguh sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh dengan seseorang yang hanya mengagumiku, karena tau kalo aku sekarang udah sukses...kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya melihat tampilanku semata... padahal ada orang - orang kesayangan di rumah yang telah bersusah payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik mungkin, mereka adalah isteri dan anak-anakku tercinta, kalau kamu menyukai aku, artinya kamu tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak pernah abadi. Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan isteri serta anak2ku yang selalu mendampingiku dikala susah, terpuruk dan sukses seperti ini. Taukah kamu bahwa isteriku yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku bisa menjadi seperti ini. Kamu memang cantik, tapi hati isteri dan anak-anakku lebih cantik...

.========================================


Saya kemudian mengomentari joke tersebut dengan email, sebagai berikut:


Cerita yg sangat menarik. Sayang kenyataan di realita sangat berbeda. Krn dr perenungan yg dalam selama hampir 25 tahun, ternyata LOVE (L) itu fungsi matematik, krn berbanding lurus dengan POWER (P) atau status sosial dan SPEED (S). Berbanding terbalik dengan DISTANCE (D) dan TIME (T). Saya namakan Ratmaya's Formulae: L=PxS/DxT. Semakin tinggi P atau status sosialnya semakin besar L nya. Demikian juga semakin tinggi S akan semakin besar L nya. Sementara semakin besar D akan semakin kecil L nya dan semakin besar T nya akan semakin kecil L nya. Banyak kasus yg merujuk pd formulae tsb.

Powered by Telkomsel BlackBerry®



Eh...ternyata di response oleh Bpk Heriyanto, sebagai berikut:

Rabu, 26 Januari, 2011 07:59

Dari: "Heriyanto Notoseputro"


Pak Urip, menarik formula matematisnya....bisa lebih dioperasionalkan dengan contoh.....pengin memahami konsepnya melalui narasi yg bisa saya semakin jelas..........hehehe maaf pak masih nawar nih..


Sementara Bpk Thomas Nick menulis sbb:


Sorry, mohon dijelaskan lagi equationnya. Saya belum paham. kalau Power dan Distance saya paham. Tapi Speed itu kelajuan dari apa? Time itu waktu apa?



Sebab dalam common sense (entah civilized atau tidak, coba tanya ke orang Sipil), Speed itu kan Distance / Time. karena Speed, Distance, dan Time terhubung secara linear, maka equation awal bisa di nyatakan dalam dua variabel bebas saja, yaitu P dan kuadrat dari T.



Nah, T ini apa? Apakah waktu yang di habiskan bersama? Kalau iya, aneh donk. Karena dari artikel Kompas Minggu yang pernah saya baca, cinta muncul dari dua hal saja, yaitu kedekatan 'proximity' dan kesamaan 'familiarity'.



That's why banyak pasangan yang setelah pensiun dan akhirnya spend waktu bersama yang lebih banyak (proximity) dan melakukan sesuatu yang disukai bersama (familiarity) merasakan jatuh cinta untuk kedua kalinya.
#Kompas 2006 kalau tidak salah, saya hanya ingat ringkasan artikelnya saja krn saya anggap berguna.

So, kenapa berbanding terbalik dengan waktu?

Regards,
T

=====================


Sehingga akhirnya meluncur di blog ini tulisan saya tersebut di atas.