Senin, 28 November 2011

Manajemen Operasi & Pemeliharaan




(Studi Kasus Runtuhnya Golden Gate Indonesia)
.


Oleh: Ratmaya Urip

Runtuhnya Jembatan Mahakam II di saat sedang berlangsungnya aktifitas Operasi (Operation) berupa pemanfaatan badan jembatan sebagai urat nadi transportasi serta aktifitas Pemeliharaan(Maintenance), berupa perawatan rutin jembatan, menunjukkan kemungkinan betapa lemahnya Manajemen Operasi & Pemeliharaan yg ada.

Di Indonesia, Aktifitas Operation & Maintenance sering dianggap sebagai aktifitas rutin dan monoton, sehingga sering lepas dari kewaspadaan.

Operation & Maintenance (OM) adalah milestones ketiga dalam proses pengelolaan Prasarana & Sarana Fisik, setelah yg pertama yaitu Front-End Engineering Design dan Detail Engineering Design (FEED/DED) dan yg kedua Engineering Procurement Construction and Comissioning (EPCC).

Perlu diketahui, secara komprehensif dan holistik, Manajemen Prasarana & Sarana Fisik memiliki 3 (tiga) milestones utama, yaitu: FEED/DED --> EPCC --> OM

Meskipun belum tentu distorsi atau runtuhnya jembatan diakibatkan miss manajemen dalam aktifitas OM, karena kemungkinan lain berupa distorsi/deviasi dlm milestones sebelumnya, yaitu FEED/DED maupun EPCC, namun karena keruntuhan terjadi ketika proses OM sedang berlangsung, maka Initial Step dalam investigasi atas proses Analysis FORENSIK KONSTRUKSInya sedikit banyak akan bermula dari milestones ini.

Setelah tidak ditemukan adanya pelanggaran sistem operation & procedures, baru beranjak dengan melakukan "trace back" ke milestones EPCC dan kemudian FEED/DED.

Tidak sebagaimana milestones sebelumnya yg umumnya OWNER sering memanfaatkan jasa pihak lain,khusus utk aktifitas OM, Owner lebih sering melakukannya sendiri, meski ada yang menyewa jasa profesional.

Aktifitas OM banyak yg mengabaikan Risk Management, Quality Management, SHE Management, Performance Management, Human Capital Management, dll. Kecuali OM dengan risk yg sangat tinggi, seperti OM dalam aktifitas Oil & Gas, Pertambangan, Power Plant, atau pada saat proses Konstruksi.

(Catatan: Analisis FORENSIK di Indonesia, biasanya lebih sering merujuk ke FORENSIK KEDOKTERAN khususnya KEDOKTERAN yg ada kaitannya dengan tindak kriminal, atau KEDOKTERAN KEHAKIMAN. Sementara kasus yg berpotensi tindak kriminal lain seperti Analisis FORENSIK KONSTRUKSI dan analisis FORENSIK KEUANGAN, seperti halnya ANALISIS FORENSIK BANK CENTURY kurang begitu dikenal).

Seperti diketahui untuk Jembatan Bentang Panjang dengan Sistem Gantung ada 2 (dua) macam sistem. Yaitu 1. Suspension Bridge dan 2. Cable Stayed.

Kedua sistem memiliki kesamaan dalam hal penggunaan "prime high tension cable" (kabel utama dengan kuat tarik tinggi) sebagai gantungan bagi "secondary cable" atau "hanger cable" (vertikal), yang menghubungkan lantai jembatan dengan Kabel Utama. Sedang kabel utama yang memanjang sepanjang jembatan dengan alur hiperbolik, di-"anchored" ke pangkal/fondasi jembatan. Sehingga karena kabel2 ini merupakan pendukung utama sistem konstruksinya, maka wajib hati2 dalam OM maupun ketika EPCC. Kehati2an khususnya dalam hal spesifikasi teknis material, perencanaan maupun pelaksanaan konstruksi termasuk methode konstruksinya.

Beda "suspension bridge" dengan "cable stayed" adalah, "suspension bridge" biasanya memiliki 2 pangkal/pilar jembatan sbg "anchor". Sementara "cable stayed" sering dengan pilar tunggal sbg anchor.

Memang di luar kemungkinan adanya miss management dalam OM seperti telah disebutkan di atas, juga kemungkinan miss management dalam milestones sebelumnya (FEED/DED dan EPCC), juga berkembang adanya suara2 tentang kemungkinan adanya tabrakan oleh ponton2 pengangkut barubara. Juga kemungkinan sabotase.

Namun biarlah hasil investigasi FORENSIK KONSTRUKSI yang berbicara.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus ini adalah:

1). Meskipun rutin dan monoton, aktifitas OM di bidang apapun, jangan mengabaikan Risk Management, Quality Management, SHE Management, dll, sewaspada ketika dlm aktifitas Konstruksinya, aktifitas OM di Oil & Gas, maupun Pertambangan, dan transportasi (udara, laut dan darat). Dalam manufacturing, plantation,dan services biasanya tingkat kewaspadaan dalam OM kurang tinggi.

2). Manajemen OM memerlukan pengelolaan yg lebih intens. Supaya friksi klasik antara Finance vs Marketing, Finance vs Quality, Quality vs Production, Marketing vs Production, Production vs SHE, dll, dapat dikurangi intensitasnya.

Demikian, Salam Manajemen

Ratmaya Urip

=========== ==========


Analisis/Kajian Manajemen Sarana-Prasarana Fisik


1. Pendahuluan

Dari kajian Manajemen Sarana/Prasarana Fisik secara Makro, selalu saja mengikuti siklus atau milestones yg saya lebih suka menyederhanakannya menjadi FEED/DED-->EPCC-->OM. Jadi ada 3 (tiga) milestones utama.

Sehingga untuk membahas FORENSIK KONSTRUKSInya (karena "kematian" prasarana-sarana fisik apalagi yg ambruk atau "mati" juga memerlukan kajian FORENSIK), dapat lebih terarah, dan tidak bias. Sehingga penyebab ambruknya ("matinya") jembatan dapat di "trace back" sesuai dengan kaidah2 Manajemen Sarana-Prasarana Fisik. Apalagi "matinya" jembatan tersebut dapat dianggap tidak wajar, karena tidak sesuai dengan usia manfaat dari sarana-prasarana fisik yang direncanakan. Relatif ini merujuk pada kasus kematian yg dianggap tidak wajar pada manusia, yg kaidah2nya harus merujuk dulu dari penyelidikan FORENSIK KEDOKTERAN.

2. FEED/DED

FEED/DED adalah akronim dari Front-End Engineering Design/Detail Engineering Design.

Khusus FEED, sering disebut Pre-Project Planning (PPP). Termasuk dalam tahapan ini adalah: conceptualization, feasibility assessment/study, Amdal, establishing design requirements, preliminary design, dll. Sementara DED meliputi Detailed Design, production planning and tool/machine/material design, time frame, finally production/operation, dll.

3. EPCC

EPCC adalah akronim dari Engineering Procurement Construction and Comissioning.

Tahapan ini sering disebut sebagai tahapan PROYEK KONSTRUKSI.

Sehingga di sini Engineering amat sangat detail. Procurement benar2 dapat memberikan logistik bagi pelaksanaan proyek dengan BMW (Biaya, Mutu dan Waktu) yg tepat, sesuai yg direncanakan dalam proses Construction sampai Commissioning-nya.

4. OM

OM adalah tahapan Operation-Maintenance.

Bangunan fisik atau sarana-prasarana fisik, setelah selesai Construction yg dilanjutkan dengan Commissioning-nya harus segera dioperasikan (OPERATION). Dan dalam operasinya wajib ada MAINTENANCE.

Apakah itu sarana-prasarana fisik PUBLIK berupa jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, dam/bendungan, irigasi, PLTU, telepon umum, taman kota, jaringan listrik/kabel/pipa, dll, maupun sarana-prasarana PRIVAT, seperti pabrik, perkebunan swasta, dll.

¤¤¤¤¤¤¤¤

Dengan "matinya" jembatan "Golden Gate Indonesia" secara tidak wajar, yg membentang di atas Sungai Mahakam dan menghubungkan kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang (bukan menghubungkan Samarinda dan Balikpapan seperti diberitakan detik.com), maka kajian FORENSIK KONSTRUKSI nya dapat dirunut (trace-back) dr milestones tsb di atas.

Kebetulan ambruknya pas tahapan OM (Operation Maintenance). Pada waktu itu sedang ada proses pemeliharaan. Initial step bisa dilihat apakah proses atau prosedur pemeliharaannya sdh sesuai. Apalagi jembatan baja dengan sistem gantung (baik "suspension bridge" maupun "cable-stayed") seperti Jembatan Golden Gate, atau Jembatan Suramadu, atau Jembatan Barelang, tumpuan bebannya didukung oleh kabel baja primer yg menanggung beban rangka truss baja via kabel vertikal atau kabel sekunder, dan di "anchor"kan ke abutment atau pangkal jembatan.

Jika prosedur Maintenance sudah sesuai, lihat prosedur Operation-nya. Apakah beban kendaraan tidak melewati ambang batas kekuatan yg diijinkan. Jika prosedur Operasi sdh benar, berarti milestones OM sudah di assessment.

Kemudian "trace back" lebih hulu lagi ke tahapan EPCC. Apakah Seluruh Prosesnya sdh benar. Baik Engineering, Procurement, Construction, dan Commissioningnya. Di sini akan melibatkan banyak Laboratorium Konstruksi seperti Baja, Beton, Mekanika Tanah, Bahan2 Konstruksi lain, Uji Beban, dll. Prinsipnya apakah Biaya, Mutu dan Waktunya sesuai dengan requirements yg dipersyaratkan. Di sini juga melibatkan banyak tenaga ahli konstruksi sesuai dg major-nya masing2.

Di Indonesia, tahapan FEED/DED dan EPCC biasanya di kontrakkan oleh OWNER kepada pihak lain. Dalam hal ini Konsultan Ahli dan Kontraktor.

Sementara tahapan OM (Operation Maintenance) jarang sekali yg dikontrakkan ke pihak luar. Padahal di negara2 maju. Tahapan OM sering dikontrakkan ke pihak lain. Padahal ada kemungkinan, jika OM tdk dikelola oleh OWNER nya namun ditangani kontraktor OM akan lebih efektif dan efisien.

Catatan Tambahan:

1). Karena jembatan ambruk, dugaan saya akan terjadi berkurangnya pasokan batubara ke market. Karena di hulu Mahakam ratusan Pemegang Kuasa Pertambangan Batubara tidak bisa mengirim batubara via Mahakam, terhambat bangkai jembatan yg melintang di sungai. Padahal satu2nya transportasi barges batubara adalah lewat sungai.

2). Sebenarnya ada 5 jembatan besar yg melintang di atas sungai Mahakam. a). Yg paling hulu adalah jembatan di Kotabangun, b). Jembatan Tenggarong (Golden Gate Indonesia), c). Jembatan Mahakam Hulu atau Mahulu, d). Jembatan Mahakam 1 (jembatan pertama yg ada di S. Mahakam dibagun thn 1982-1985, dan e). Jembatan Mahkota, yg paling hilir atau mendekati Muara.

3). Penyelidikan FORENSIK KONSTRUKSI saat ini sedang berlangsung. Dari Surabaya langsung Tim dari Lab Forensik Konstruksi di bawah kendali Prof Ir. Priyo Suprobo, MS, Ph.D sedang bertugas. Karena kemarin saya sempat komunikasi dg bbrp anggota Tim. Termasuk acara talk show Tim di salah satu media elektronik di Surabaya.

Dari ITB dan lain2 juga mulai investigasi.

4). Selama ini milis ini jarang membahas thread Manajemen Proyek-Konstruksi. Krn ada momentum, maka mhn maaf saya share di sini, meski baru "kulit"nya saja. Belum detail.

Salam Manajemen

Ratmaya Urip

Tidak ada komentar: