Rabu, 30 November 2011

Serial Filosofi Manajemen 8:



FILOSOFI PANCA INDRA

Oleh: Ratmaya Urip


Pak RZ,

Membaca thread Anda, saya jadi ingat Artikel lama saya, yg berjudul:Serial Filosofi Manajemen 8 thn 1997,

di antara 99 (ingat Asmaul Husna?) Serial Filosofi Manajemen saya, yg kini sedang saya persiapkan dan saya

kumpulkan kembali. Khusus thread Pak RZ tsb saya garis bawahi sbb:



Kita dianugerahi 2 telinga, dan 2 mata sementara kita hanya memiliki "hanya" 1 mulut/lidah. Dengan kata lain,

indra untuk "mendengar" dan untuk "melihat" itu diberi kapasitas "lebih" daripada untuk "berucap" dengan

mulut/lidah kita. Itu apa maknanya?

Jika benak kita tidak banyak terdistorsi oleh adanya seruak onak yg beranak pinak dan berpotensi melahirkan

gejolak, atau hati kita telah mengendap meski dengan jalan mengendap-endap, dan juga hasrat kita yg penuh libido "aku" atau mengusung diri untuk selalu memanjakan "ego" dapat

dipasung untuk tidak selalu membusung, (karena data dan fakta berupa heterogenitas yg ada), maka analisisnya
adalah sebagai berikut:


Jumlah telinga (2) dan mata (2) kita lebih banyak daripada mulut/lidah (1) kita, itu berarti kita sudah dititahkan

untuk lebih banyak "mendengar" dan "melihat" dulu sebelum kita melontarkan serentetan kata, yg biasanya

meluncur lewat mulut/lidah kita. Atau kita sebenarnya sudah diberi pesan untuk berdialog, berkomunikasi,

memberikan pendapat, setelah kita banyak mendengar dan melihat. Atau kita sebaiknya sudah boleh berpendapat,

berbicara,berkomunikasi dengan tepat dan benar, jika kita sudah cukup banyak berbekal "experiences" dari banyak "mendengar" dan "melihat".


Di samping itu dengan 2 (dua) mata, kita dapat menangkap seluruh visualitas kehidupan di sekeliling kita menjadi

lebih stereo, atau berdimensi 3 (tiga), tidak hanya berdimensi 2 (dua). Coba tutup salah satu mata kita,sehingga

kita hanya dapat mempergunakan hanya 1 mata kita, maka kita akan bias, karena lebih linier atau sebidang, bukan

dalam perspektif ruang (stereo yang 3 dimensi)


Demikian juga jika kita hanya menggunakan 1 (satu) di antara 2 (dua) telinga kita, maka yang tertangkap adalah

audio yang mono, tidak dapat menangkap segala pendapat yang stereo, atau yang lebih holistik dan komprehensif.

Naluri dan nurani kita diinginkan untuk peka terhadap lingkungan kita sebelum kita berpendapat dan berkomunikasi

dalam lingkungan yg amat sangat kompleks dan heterogen, dengan lebih banyak bekal, dengan menggunakan indra

"telinga" dan "mata" untuk "mendengar" dan "melihat", dengan mengamati, mengobservasi, membaca, meneliti, dan

menggunakan dasar yg kasat mata. Dengan menambah partisipasi organ lain yg bukan panca indra, dalam hal ini

"benak" "hati", serta anggota badan lain maka akan lebih disempurnakan lagi.

Antogonis, psikopat dan paranoid kadang adalah muara dari keinginan untuk lebih mendahulukan keinginan kita

dengan memanjakan "mulut/lidah" kita, tanpa mau "mendengar" dan "melihat" lingkungan yang penuh aneka ragam

pemikiran dan kehendak.


Mempergunakan mulut/lidah kita tanpa mempergunakan mata dan telinga kita, atau boleh dikatakan, berbicara

dengan mulut/lidah, tanpa berdasar masukan yang lebih banyak dari telinga dan mata kita, akan membuat bias dan

kurang lengkap.

Sampai di sini kita baru bicara 3 (tiga) di antara 5 (lima) panca indra kita. Untuk itu coba kita tengok 2 (dua) indra

lainnya, yaitu: indra perasa/peraba (kulit) dan penciuman (hidung).

Kulit (pangejawantahan dari indra "perasa/peraba") berada di sekujur tubuh kita, dan menjadi ujung "sentuhan" kita

dengan lingkungan luar kita yg paling luas. Itu maknanya, kapasitas kita seharusnya jauh lebih peka dalam "merasakan"

lingkungan di luar kita. Kita telah dibekali kapasitas yang besar untuk mendeteksi lingkungan di luar kita, dengan

kenyataan, bahwa kulit kita yang didukung syaraf kita, sebagai indra perasa/peraba untuk mendeteksi secara mendalam

seluruh masalah diluar tubuh kita dengan luasan yang sangat besar, hampir seluruh permukaan tubuh kita.

Nah apakah kita telah secara benar mendeteksinya?


Yang agak aneh memang hidung kita. Mengapa aneh? Karena jumlah hidung hanya 1 (satu) namun mengapa berlubang 2

(dua). Coba untuk yang ini kita analisis. Ada yang tahu penjabarannya yang sejalan dengan uraian di atas?

Sebelum saya uraikan, mohon masukannya terlebih dahulu.


Yang pasti,kapabilitas kita seharusnya berkembang dengan mengacu pada kapasitas yang termaknai dari jumlah dan jenis

panca indra seperti diuraikan di atas.


Salam Manajemen.

Ratmaya Urip


(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar: