Minggu, 18 Desember 2011

Puisi-Puisi Romansa Masa Muda



Puisi-puisi Romansa Masa Muda dari Ratmaya Urip:

Kreasi puisi Ratmaya Urip selalu terbagi dalam cluster; Puisi Religi, Puisi mBeling, Puisi Kehidupan dan Puisi Romansa Masa Muda. Untuk kali ini sebagai balancing, saya persembahkan kembali beberapa Puisi Romansa Masa Muda:

************** *****


Rindu (1)


Ketika galau bertabik pada romansa yang lampau

Yang masih menyisakan pekatnya sendau

Dan punagi yang terselip dalam gurau

Maka dawai hati ini kembali bergetar

Berdenting, mendesah, meniti senar penuh binar sinar

Yang kebak hingarnya rindu

Dan bingarnya hasrat ’tuk dapat bertemu

**** ****

Rindu (2)


Kemarin,

Saat kaki langit penuh bara jingga yang memerahkan cakrawala

Sementara paksi beriring di petangnya pawana senja

Dan fauna malam mulai tiba dan berceloteh tentang cinta

Anganku bertabik pada suatu masa

Yang menjulatku untuk kembali ke sana

Tuk kembali meniti cerita

Merangkai waktu

Bersamamu

**** ****


Sia-sia


Apalah artinya cantik

Jika hanya akan membuat seorang pria menunggu

Apalah artinya rindu

Jika hadirmu hanya pada mimpi-mimpi panjangku

Apalah artinya hati yang menyatu

Jika pelukku hanya ada di ujung waktu

Yang selalu kebak tunggu

Dan kerap enggan menyapa pada julatan mesramu.

(Dan mulai bosan pada julatan mesramu)


********

Yogyakarta

(Musikalisasi Puisi F = Do)


Ketika kereta malam menyibak Stasiun Tugu, Yogyakarta

Bukanlah kebetulan jika terpagut pekat bayangan cintanya

Yang telah berdebu terbungkus pekatnya sarang laba-laba berkalang waktu

Meski tetap bergelora di antara pilar-pilar gedung tua

Menjulat mesra di antara cemara tujuh kampus biru

Di kaki Argi Merapi yang kebak misteri


Rindu yang selalu tiba itu kembali bermadah tentang perawan kampus biru

Yang sempat singgah menawarkan seri dan sari

Mengisi hari-hari pagi sampai dini lagi

Penuh harap yang bukan hanya punagi

Menawarkan madu yang seolah tak pernah ada henti

Berbalut renyahnya tawa dan kulumnya canda mesra

Dieratnya raga yang bertaut di pucuk-pucuk jemari

Mencipta getar ragawi yang duniawi

Yang jujur saja kadang memang merindukan surgawi


Semua kini memang telah suri

Apalagi bermuara pada kemarau hati

Yang jatuh terlalu dini


Jika Yogyakarta kembali tiba dalam meniti waktu

Pasti kan kembali menuai rindu meski telah baka dan penuh debu waktu

Pasti diamku membisu

Dalam haru biru masa lalu


Diam bukan karena habis kata

Hanya karena yang tersisa selalu panjangnya mimpi

Yang kalau dicerna hanya menyisakan romansa basi

Yang telah terbirit dikejar diri

Namun selalu mencolek hari-hari

Dalam siksa jiwa yang abadi

Karena enggan bertabik pada sepotong kata maaf dan permisi

Karena terbawa pergi

Oleh cinta yang keburu pergi


Namun rindu itu selalu tertabur penuh waktu

Saat Yogyakarta bertengger di pelukku

Selalu saja merajuk pada rasa dan mengoyak kalbu

Membujuk tuk bermanja pada prasasti

Yang enggan untuk mati

Karena kau memang sulit menjadi lampau

Dan rindu itu nyatanya tak pernah basi

= ==========


YOGYAKARTA

(Versi Puisi Kecik):


Saat Yogya bertengger di pelukku..

Rindu ini selalu tertabur penuh waktu..

Merajuk pada rasa dan mengoyak punagi..

Membujuk ’tuk bermanja pada prasasti

Yang enggan ’tuk menjadi baka dan atau suri

Karena kau memang sulit menjadi lampau

Dan rindu ini nyatanya tak pernah sepi atau basi.


===== ===========

Tidak ada komentar: