Selasa, 09 April 2019

KLINIK KONSTRUKSI Tahun 2014


            KLINIK KONSTRUKSI:


Diasuh Oleh: Ratmaya Urip
(8 Mei 2014)
=================


Ada masukan atau pertanyaan menarik dari seorang teman di satu Forum, sebagai berikut:

Pengasuh Klinik Konstruksi Yth,

Saya tergelitik hati untuk melontarkan pertanyaan diatas ke forum ini.

Di belakang gedung kantor saya kebetulan sedang ada pembangunan beberapa tower perkantoran dan apartemen.
Sementara pengerjaan baru penggalian tanah untuk basement.
Beberapa waktu yang lalu ketika Jakarta diguyur hujan lebat tergenanglah galian tanah tersebut.
Genangan yang ada lebih dari 2 hari tidak surut, sampai harus dipompa.
Itu terlihat galian basement yang luas, yang tanpa halangan tampak tanah merah yang seharusnya air langsung meresap dalam hitungan jam.

Menurut saya tidak banyak efek dalam pengendalian banjir dengan cara sumur resapan.

Bagaimana pendapat rekan2?

E. (Nama dengan akronim untuk privasi)

==========================




MASUKAN ATAU JAWABAN DARI RATMAYA URIP:

Pak E dan seluruh Anggota Forum Konstruksi,

Pertama-tama saya ingin tahu lokasi mana di Jakarta yang Bpk maksud. Karena ada beberapa perbedaan jenis tanah untuk lokasi-lokasi tertentu. Namun demikian saya dapat sampaikan, bahwa pada umumnya wilayah Jakarta adalah wilayah alluvial, dengan kandungan "clay' (lempung) yang tinggi.

Pada umumnya tanah "clay" mengandung oksida-oksida dengan dominasi oksida silika (sekitar 50-60%), oksida alumina (20-30%) dan oksida ferro (sekitar 7-17%). Coba perhatikan, di beberapa lokasi di Jakarta ada yang didominasi lempung yang tercampur tanah organik (warna kehitaman), ada lempung keabuan (dominasi alumina oksida dan silika oksida tinggi), lempung keputih-putihan (silika oksida yang tinggi), lempung kemerah-merahan (ferro-oksida relatif tinggi)

Bpk menyampaikan, bahwa tanah di lokasi tersebut adalah berwarna kemerahan, berarti saya duga, kandungan tanah secara geokimia, didominasi oleh Silika oksida, Alumina oksida dan Ferro-oksida, dengan ferro oksida relatif lebih tinggi daripada ferro oksida rata-rata. Total ketiga oksida tersebut sekitar 80-95%.

Dalam term "Mekanika Tanah", "geokimia", "mineralogi", dan "kristalografi" tanah dengan dominasi "clay" memiliki sifat-sifat dasar sbb:

1. Porosity sangat rendah, bahkan di beberapa lokasi mendekati NOL (jumlah pori sangat sedikit)

2. Permeability sangat rendah (kemampuan untuk dapat ditembus benda cair sangat rendah)

3. Capilarrity sangat rendah

4. Specific surface dari tanah (luas jenis) sangat tinggi ( jumlah luasan butiran per berat yang sangat tinggi), atau butirannya sangat halus.

5. Secara Geokimia, kandungan oksida dominan adalah silika oksida, alumina oksida dan ferro oksida
(total oksida ini sekitar 80-95%)

6. Secara mineralogi, tanah mengandung salah satu dari jenis tanah lempung "Kaolin Group" seperti "kaolinite", "dickite", "nacrite", "halloysite, atau termasuk dalam "Montmorillonite Group" seperti "montmorillonite", "beidellite", "nontronite", "saponite" atau termasuk dalam "Alkali Bearing Clays" seperti "illite".

7. Secara Crystallography, jenis tanahnya diduga masuk katagori "amorf" atau "amorphous"

Karena sifat-sifat tersebut di atas, maka air akan kesulitan menembus atau melalui tanah dimaksud.
Ini berbeda dengan tanah di Yogyakarta atau Bandung Utara yang memiliki cakupan tanah yang berpasir (memiliki porositas lebih tinggi)

Pembuatan sumur-sumur resapan sebanyak apapun tidak akan dapat membuat air meresap ke dalam tanah.

Perlu diketahui, dalam aplikasi konstruksi, pendekatan para ahli konstruksi semata-mata pendekatannya adalah pendekatan fisik-mekanik semata, dengan menggunakan SOIL MECHANICS and FOUNDATION ENGINEERING approach (berbasis kekuatan atau ketahanan konstruksi). Jarang yang melengkapinya dengan pendekatan GEOCHEMISTRY for CONSTRUCTION, atau MINERALOGY serta CRYSTALLOGRAPHY. yang lebih ke aspek DURABILITY (keawetan). Itulah mengapa sering terjadi perkerasan jalan dengan "surface coarse" berbahan material aspal sering rusak (apalagi jika terendam banjir), tanah di Cipularang sering longsor, dan sebagainya.

Kembali ke pertanyaan Bpk, untuk Jakarta, khusus untuk wilayah-wilayah tertentu, pembuatan sumur resapan sebanyak apapun, tidak akan efektif untuk membuat air meresap ke dalam tanah. Itulah mengapa jika kita membuat lubang jika kemasukan air, maka air akan sulit meresap, sehingga perlu dipompa.

Juga penanaman pohon sebanyak apapun tidak akan pernah membuat air meresap ke tanah.

Solusi terbaik adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium di laboratorium SOIL MECHANICS, GEOCHEMISTRY, MINERALOGY dan CRYSTALLOGRAPHY.

Solusi drainasi yang terbaik hanyalah dengan dipompa. Itulah salah satu kontribusi penyebab mengapa masalah banjir di Jakarta relatif lebih sulit diatasi. Karena air harus dialirkan atau mengalir semata-mata dengan dialirkan melalui kanal (seperti CAKUNG DRAIN, CENGKARENG DRAIN, KANAL BANJIR TIMUR) atau dengan dipompa (melalui WADUK-WADUK atau POLDER-POLDER atau BOEZEM-BOEZEM), seperti di Pluit, dan lain2.). Karena air sulit meresap ke dalam tanah, seperti diuraikan di atas.

Demikian, terima kasih, semoga bermanfaat.

Ratmaya Urip
Klinik Konstruksi 8 Mei 2014 





Tidak ada komentar: