Kidung tentang Nusaku
Oleh: Ratmaya Urip*)
Hari-hari yang merambat meniti masa
Yang selalu berangkat di ufuk pagi dan kembali di esok hari sepanjang waktu
Nusaku tak pernah henti terkoyak ngeri
Menyongsong mati
Menuju kiamat
Koran, televisi dan indera anak negeri
Tak pernah basi ‘tuk bergunjing tentang korupsi
Oleh politisi, birokrasi, pelaku usaha dan semua saja yang laknat dan khianat
Dari pelosok negeri sampai ke pusat nusa
Yang membuat semua semakin sekarat
Pagi, siang, malam sampai dini hari lagi
Hari-hari terisi gegap anarki penuh agni yang terobsesi pada punagi
Sudut kota dan temaramnya desa berguncing tentang perkosa
Karena binalnya perilaku dukana dan narkoba
Pagi, siang, malam sampai dini yang kembali tiba
Kisah lain berganti
Tentang saratnya anak nusa yang merintih dan tertatih di lain negeri
Yang mengais rejeki
Meski sampai mati oleh tangan majikan ‘tuk sesuap nasi
Dalam gelegar berita yang gempar
Di tengah nestapa bangsa karena pesta bencana yang enggan untuk usai
Yang selalu temaram kelam dalam rintih
Meski semua itu tak ada yang pernah menjadi sejarah
Selalu terhempas di keranjang sampah menuju basi dan baka
Karena luntur dan masuk kubur oleh kuasa yang makmur
Yang selalu bertabik pada khianat
Yang tak pernah lekang menggendong kuasa dengan menabur kepeng
Korupsi, perkosa, anarki, bencana, bejatnya moral, dan miskin yang tak pernah mau henti
Memang menjadi tembang atau kidung bagi hari-hari
Untukmu negeri
Yang tak pernah ada muara nikmat ‘tuk ujung yang pasti
Bagi anak nusa
Rintik rejeki tak pernah tiba bak kemarau panjang di padang kerontang
Kapan gelap dan pengap ini kan berakhir?
Apa harus menunggu kiamat yang memang sudah dekat?
Apa karena murka Yang Maha Kuasa?
===========================
Sidoarjo 1 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar