Senin, 23 Maret 2009

Satu Lagi dari Seorang TUNG DESEM WARINGIN





Satu Lagi dari Seorang TUNG DESEM WARINGIN

(Dicatat selama talkshow di Radio Suara Surabaya 100FM, Sabtu, 21 Maret 2009)

Oleh : Ratmaya Urip

(Seri-1)

Pagi itu, Sabtu, 21 Maret 2009, seperti biasa di setiap hari Sabtu Pagi selama hampir 14 tahun ini aku berada kembali di Studio Radio Suara Surabaya 100 FM, untuk menggawangi program reguler mingguan SOLUSI MANAJEMEN BISNIS. Aku tidak ingat persis pagi itu edisi siaran yang ke berapa. Yang pasti kalau dihitung mungkin edisi di atas edisi ke 600, dan sedang berjalan mendekati edisi ke 700.

Aku tidak tahu mengapa acara ini bertahan sampai lebih dari sepuluh tahun, dan pendengarnya belum juga jenuh atau bosan, yang terbukti dari hasil rating AC NIELSEN (suatu lembaga survey penyiaran yang punya nama di Indonesia, yang juga melakukan survey untuk televisi-televisi nasional), yang masih menempatkan acara tersebut sebagai acara dengan nilai rating yang tinggi. Kalau tidak pastilah sudah terdepak dari rangkaian program acara di Radio Suara Surabaya, radio yang sangat dipercaya dan menduduki peringkat nomor 1 (satu) di Jawa Timur, dan dapat diikuti siarannya via internet melalui www.suarasurabaya.net.

Terus terang ada rasa bangga, karena acara SOLUSI MANAJEMEN BISNIS, jika ditinjau atas lama jam tayangnya, bisa disejajarkan dengan serial-serial Oshin, Si Unyil, Dinasty, Losmen, Obrolan Pak Besut (RRI Yogyakarta beberapa dekade yang lalu), Dora Emon, Berpacu Dalam Melody, dan lain-lain (he.he.he..ketahuan sekarang narsis-nya muncul, ya...? Maklum ketularan narsistis ini dari sebagian besar facebookers...!). Ini karena melihat fenomena sekarang, yang nampaknya manusia cenderung narsis, dan yang nampaknya telah membawa pepatah “tong kosong nyaring bunyinya” itu sekarang sudah tidak berlaku lagi. Sudah usang, atau menurut istilahku, Sudah Menjadi Lampau! (Catatan: Maaf, ini bukan pendapatku pribadi, tapi hanya sebuah catatan kecil atas fenomena yang telah terjadi di jaman ini!).

Sekarang kalau tidak nyaring tidak dianggap orang. Faktanya para caleg yang merimba di setiap pemilihan umum, baik Pemilu, Pilkada, maupun pemilihan-pemilihan apapun tidak akan laku jika tidak nyaring. Orang pinter jika tidak bisa bicara atau menulis (baca: “nyaring”), maka jalan pikiran ataupun hasil kepintarannya tidak akan diketahui atau dilirik orang. Bahkan kontes-kontes kecantikan, menyanyi, sampai kontes ilusionis semacam The Master pun perlu “nyaring”, jika ingin eksis dan dikenal.

Sekarang yang lebih mengemuka adalah “tak kenal maka tak sayang”. Meskipun “kenal” dan rasa “sayang” itu diperoleh dari ber-“nyaring-nyaring”, meski kadang “nyaring”-nya tanpa isi, atau “nyaring”-nya hanya sampah, atau tidak dapat memberikan nilai tambah. Nah...di sinilah perlunya banyak informasi untuk menyaring ke”nyaring”an yang banyak bertebaran dan membikin bising telinga kita, supaya tidak terjebak, tidak kesasar, tidak membuat bingung, tidak ditipu, dan segala hal yang “tidak-tidak” lainnya, khususnya yang negatif.

Aku kadang berpikir, ah...mungkin kawan-kawan di Radio Suara Surabaya sungkan dengan tim kami, karena acara kami adalah acara talkshow pertama di radio tersebut, sebelum maraknya acara-acara talkshow di televisi maupun radio-radio yang lain. Setidak-tidaknya secara historis kami telah memberikan kontribusi meskipun secuil bagi Radio Suara Surabaya, sehingga ragu-ragu mendepak acara kami. Perlu dicatat, acara tersebut memang merupakan program acara talkshow pertama sekaligus terpanjang tayangannya (hampir 14 tahun) di Radio Suara Surabaya. Ketika didirikan dulu, acara talkshow memang belum begitu banyak di media seperti sekarang ini. Dulu coba di-released, dengan setengah berjudi dan setengah hati, karena harus berhadapan dengan acara-cara hiburan, seperti film, olah raga, drama dan lain-lain. Ternyata dengan pemeo sekaligus resep : “solutif, produktif, informatif, inovatif, dan aplikatif”, seluruh kendala dapat dirungkas. Sehingga kendala-kendala nyaris tak terdengar lagi.

Pagi itu topik yang akan diberikan solusinya adalah masalah keterpurukan pasar tradisional ketika harus dihadapkan pada kehadiran pasar modern yang mulai menancapkan hegemoninya sejak pertengahan dekade tahun sembilan puluhan. Tentu saja formatnya adalah memperbaiki sistem dan manusianya, sehingga kesan kumuh, kotor, jorok, bau, dan ketidaknyamanan lainnya dapat enyah dari kinerja seluruh pasar tradisional. Tidak semata-mata menggunjingkan masalah yang berkaitan dengan Perpres 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, maupun Permendag No 53/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

Yang pasti mengurus 13.450 pasar tradisional dengan 12.650.000 pedagang di seluruh Indonesia ini memang tidak mudah. Apalagi melakukan revitalisasi. Pemerintah-pun sampai sekarang tidak sanggup. Sehingga seolah-olah kehidupan pasar tradisional saat ini dapat diibaratkan seperti pepatah Jerman : Kein Ausgang aus der Holle !!!

Untuk itu aku mengundang salah satu Direktur Perusahaan Daerah Pasar Surya, yang kebetulan pemegang otoritas perpasaran di Surabaya, serta perwakilan pedagang, yang diwakili oleh salah satu pejabat senior di Pusat Koperasi Pedagang Pasar (PUSKOPPAS), Jawa Timur.

Tidak disangka-sangka dan tidak diduga sebelumnya, ketika tiba di halaman depan atau tepatnya di halaman parkir Radio Suara Surabaya, aku berjumpa dengan seseorang yang sering disebut dengan nama Tung Desem Waringin, sahabat lamaku ketika beliau masih aktif sebagai Ketua Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA-Indonesia) Cabang Jakarta, atau ketika beliau masih aktif sebagai fungsionaris AMA-Malang.

Tentu saja pertemuanku dengan beliau meriah sekali jadinya, melebihi pertemuan seorang wanita yang lama tidak bertemu dengan sahabat atau kerabatnya, ataupun melebihi kemeriahan acara Sekaten di Yogyakarta, acara Cap Go Meh di Singkawang, acara Ogoh-ogoh di Denpasar, acara adat Rambu Tuka' maupun Rambu Solo' di Tana Toraja, acara pesta kembang api di Puncak Malam Tahun Baru di Harbour Bridge, Sidney, acara Mardi Grass di New Orleans, acara St Patrick Day di Dublin, acara Carnaval di Rio de Janeiro, acara panen raya anggur di Cognac, maupun acara panen ikan di Islandia. Maklum meskipun beliau sudah berpredikat sebagai salah satu motivator papan atas Indonesia, dengan tarif yang sulit dijangkau, dan Presiden Republik Indonesia-pun memberikan apresiasi kepada Pak Tung, yang itu aku tahu beritanya dari sejuta media, namun aku jarang berjumpa dengan beliau. Khususnya sejak Pak Tung tidak begitu aktif lagi sebagai fungsionaris AMA-Indonesia. Terus terang membaca buku Pak Tung yang sangat fenomenal saja-pun aku belum sempat. Juga aku belum pernah (karena belum sempat) hadir di seminar-seminar beliau yang selalu dihadiri ribuan peserta tersebut. Ketika AMA-Surabaya mengundang beliau dalam seminar-pun kebetulan aku tidak dapat hadir, karena sedang berada di luar kota. Aku hanya tahu, bahwa Pak Tung atau nama lengkapnya TUNG DESEM WARINGIN sekarang sangat berkibar di bumi Indonesia, meskipun ketika dulu masih sebagai fungsionaris AMA-Indonesia, baik di Malang maupun di Jakarta belum sepopuler sekarang. Sekarang beliau benar-benar selebritis (pesohor) papan atas, yang digapainya dari hasil kerja cerdas dan kerja waras beliau (bukan semata-mata kerja keras beliau). Tentu saja aku bangga, karena sebagai sesama manusia yang sempat mampir untuk digodog di candradimukanya AMA-Indonesia, beliau dapat menjadi seperti sekarang ini. Manusia dengan tingkat kesibukan luar biasa, yang untuk menggapai suatu acara dengan beliau memerlukan keuletan dan harus menebas dan menerabas keruwetan dan keangkeran terlebih dahulu.

(Bersambung)

Catatan :

Maaf kepada seluruh anggota milis, untuk supaya tidak membikin krodit jalur milis, maka sambungan serial ini dapat dibaca di blog saya, dan memang sengaja tidak akan di sambung di milis ini. Silakan baca lanjutannya di: http://ratmayaurip.blogspot.com

Para sutresna milis ugi saget nuweni utawi mampir wonten ing blog kawula ingkeng ngginakaken basa Jawi, sinaosa sapunika taksih wonten ing babagan purwa utawi saweg dipun wiwiti. Mangga sami-sami dipun bikak wonten ing :

http://pendhapa-ratmaya.blogspot.com.

Nyuwun agunging samodra pangaksami bilih blog punika taksis dereng tinata kanti sae lan dereng kathah isinipun, amargi taksih pados jagrag.

(Para anggota milis juga dapat menengok blog saya yang berbahasa Jawa meski under construction di http://pendhapa-ratmaya.blogspot.com. Maaf kalau di blog ini masih belum tertata dan belum banyak isinya, karena masih mencari bentuk).

.

2 komentar:

Ferdynando D. Savio mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ferdynando D. Savio mengatakan...

di tunggu kelanjutannya pak...

salam
http://ferdydsavio.blogspot.com